KENDARI. Debat capres dan cawapres sering kali menimbulkan emosi bagi pemirsa. Namun, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengajak rakyat Indonesia untuk dewasa dan rasional dalam menyikapi debat capres. Ia juga mengingatkan agar tidak terpengaruh oleh konten-konten potongan debat yang disebarkan di media sosial.
KH Chriswanto menyampaikan hal tersebut dalam acara Konsolidasi Organisasi yang diadakan DPW LDII Provinsi Sulawesi Tenggara, 27-28/1. Ia mengatakan bahwa debat capres dan cawapres bukan hanya sekadar ajang kampanye untuk memaparkan program dan saling menguji program para kandidat, tetapi juga ada unsur pertunjukan atau drama untuk menarik simpati atau mengurangi popularitas pihak lain.
"Debat capres dan cawapres adalah ajang kampanye untuk memaparkan program dan saling menguji program para kandidat, juga pemahaman dan pengetahuan terhadap isu-isu nasional dan global. Dan harus diingat di dalamnya ada juga pertunjukan atau drama untuk menarik simpati. Bahkan bila memungkinkan ada peluang untuk mengurangi popularitas pihak lain," ungkap KH Chriswanto.
Menurutnya, debat kandidat calon pemimpin negara tidak banyak mempengaruhi elektabilitas dan popularitas capres-cawapres. Berdasarkan hasil survei, hanya sebagian kecil pemilih yang mengubah pilihan setelah menyaksikan debat capres-cawapres.
"Berbagai lembaga survei menyebut hanya 2-3 persen saja yang mengubah pilihan setelah menyaksikan debat capres-cawapres. Mereka adalah pemilih rasional yang umumnya kalangan terdidik," tutur mantan politisi Golkar Jawa Timur itu.
KH Chriswanto berpendapat bahwa umumnya pemilih Indonesia dikelompokkan sebagai pemilih tradisional dan rasional. Pemilih tradisional meyakini pilihannya dengan pertimbangan budaya, ideologi, karakter kandidat, profesinya, hingga spiritual. Sementara pemilih rasional cenderung pada program kerja para kandidat.
"Inilah mengapa sangat sulit mengubah pilihan para pemilih tradisional," ungkapnya.
Pada kondisi demikian, ia mengkhawatirkan adanya potongan-potongan debat yang disebarkan dengan tujuan disinformasi di media sosial. Ia mengatakan bahwa banyak pemirsa debat yang tidak menonton acara secara utuh, sehingga mudah terpengaruh oleh konten-konten yang dipotong-potong.
"Bisa dimaklumi, pemirsa debat hanya menyaksikan acara hanya pada 5 menit pertama, yang menonton debat sampai habis juga minim. Bahkan banyak yang menonton hanya setengah acara saja," ujar KH Chriswanto mengutip penelitian lembaga survei.
Pemotongan durasi tersebut, bertujuan untuk membuat framing untuk menaikkkan jumlah simpatisan ataupun memperbanyak haters terhadap capres-cawapres tertentu. Persoalannya, pemilih tradisional ini tidak tergoyahkan. Mereka makin emosional dan marah bila kandidat mereka dikampanyehitamkan.
"Aksi inilah yang justru bisa merusak persatuan dan kesatuan bangsa," keluhnya.
Untuk itu ia mengajak semua pihak untuk dewasa dalam menyikapi debat capres. Ia menyarankan agar hati mungkin panas, tapi kepala harus tetap dingin. Ia juga meminta agar tidak ikut aktif menyebar konten-konten potongan debat kepada orang lain.
"Dan juga tidak ikut aktif menyebar konten-konten potongan debat kepada orang lain. Satu orang emosi, mempengaruhi orang lain untuk emosi, bisa mengakibatkan kemarahan publik," ujar KH Chriswanto.
KH Chriswanto juga mengajak semua pihak menerima konsekuensi dari demokrasi Indonesia yang terlanjur liberal, dan membuat siapapun bisa bicara apa saja. Ia mengingatkan bahwa hak-hak untuk bicara dan memilih sesuai keinginan hati saat pesta demokrasi, juga harus diikuti dengan kewajiban menjaga kondusivitas Pemilu, agar tetap berjalan dengan damai.
Demokrasi yang merupakan produk Barat itu terus disempurnakan agar selaras dengan nilai-nilai keindonesiaan, yang mengedepankan musyawarah atau partisipasi publik.
"Demokrasi Indonesia adalah musyawarah mufakat yang selaras dengan Pancasila. Hal tersebut juga sesuai dengan prinsip demokrasi deliberatif yang juga mensyarakatkan musyawarah mufakat dengan melibatkan partisipasi publik," tuturnya.
KH Chriswanto berharap tingginya tensi tahun politik menjelang Pemilu, tetap menggugah kesadaran setiap anak bangsa. Ia mengajak untuk mewujudkan Pemilu yang damai dan demokratis, serta jujur. Ia juga mengharapkan agar presiden dan wakil presiden terpilih dapat membangun Indonesia yang sejahtera dan mencerdaskan kehidupan bangsa.