YOGYAKARTA. Remaja putri memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga penampilan dan kesehatan. Selain harus menghadapi perubahan fisik dan hormonal, mereka juga harus memilih produk dan gaya hidup yang sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka. Untuk itu, DPD LDII Kota Yogyakarta, bersama DPD LDII Bantul menghelat “Talkshow Healthy Inside Women: Kebersihan Diri dan Kesehatan Reproduksi”, pada Minggu (17/9). Acara itu diikuti 350-an remaja putri, bertempat di Masjid Baitussalam, Kota Yogyakarta.
Dalam acara tersebut, para peserta mendapatkan berbagai informasi dan tips seputar kecantikan dan kesehatan dari dalam. Salah satu narasumber yang hadir adalah Koordinator Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Iin Nadzifah. Ia mengungkapkan, cantik itu diperlukan. Tidak hanya cantik dari luar, tetapi juga cantik dari dalam.
“Permasalahan remaja putri adalah bau badan. Dengan kondisi fisik yang licah dan kegiatan yang padat, membuat kita tidak sadar kalau badan kita mengeluarkan bau yang tidak sedap,” pungkasnya.
Ia menjelaskan, terdapat lima faktor penyebab bau badan. “Pertama, diet yang tidak sehat. Mengonsumsi makan dan minuman tertentu, bakteri, mengenakan pakaian ketat dan tidak menyerap keringat, serta stress,” imbuh Iin.
Untuk mencegah hal itu, ia menyarankan mandi dua kali sehari. “Gunakan pakaian yang bahannya menyerap keringat dan tidak ketat. Gunakan produk kesehatan anti bakteri, seperti sabun, shampo, dan deodoran,” jelasnya.
Selain bau badan, remaja putri juga harus memperhatikan kesehatan organ reproduksinya. Ia mengatakan, organ reproduksi tidak boleh lembab, ganti celana dalam minimal dua kali sehari. Tidak dianjurkan menggunakan pantiliner setiap hari, dan hanya melakukan hubungan seksual dengan pasangannya (suami/istri).
“Organ reproduksi tidak hanya wajah yang perlu dirawat, tetapi organ reproduksi pun perlu dijaga,” jelasnya.
Jika organ reproduksi tidak dijaga dan dirawat, Iin menambahkan, berpotensi terjadi Inveksi Menular Seksual (IMS) atau Penyakit Menular Seksual (PMS). “Hal itu disebabkan kurangnya pengetahuan dan edukasi tentang organ reproduksi. Banyak masyarakat, utamanya orang tua masih merasa tabu untuk membicarakan hal ini kepada buah hatinya dan masyarakat,” katanya.
Faktor lain yang menyebabkan IMS adalah rasa takut, malu untuk konsultasi ketika sudah ada gejala yang dialami, sehingga ketika sudah parah susah untuk diobati. “Banyak masyarakat yang tanpa sadar tertular bahkan menularkan penyakit ini kepada orang-orang tersayang dan sekitarnya,” pungkasnya.
Oleh karena itu, ia mengajak para remaja putri untuk lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap kesehatan dan kecantikan mereka dari dalam. Dengan begitu, mereka akan lebih percaya diri dan berprestasi dalam kehidupan mereka. (*/red)