Singgih Trisulistiyono: Pertahanan Indonesia Harus Berbasis Pancasila dan Nasionalisme

Singgih Trisulistiyono: Pertahanan Indonesia Harus Berbasis Pancasila dan Nasionalisme

JAKARTA. Ketua DPP LDII Singgih Trisulistiyono memberikan tanggapan yang positif dan konstruktif terhadap buku ‘Politik Pertahanan’ karya Juru Bicara Kementerian Pertahanan Dahnil Anzar Simanjuntak. Buku ini menjelaskan berbagai kebijakan dan strategi pertahanan nasional yang diterapkan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Singgih, yang juga Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro, menghadiri acara peluncuran buku tersebut pada tanggal 20 September 2023 di Aula Theatre Gedung Pierre Tendean, Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat. Ia mengatakan bahwa buku ini memicu dan memacu pemikiran-pemikiran baru mengenai pertahanan Indonesia.

“Indonesia adalah negara yang cinta damai, namun juga harus siap menghadapi ancaman dan tantangan di era global. Hal ini menjadi landasan dari politik pertahanan Indonesia yang dijalankan oleh Menhan Prabowo,” kata Singgih.

Singgih mengapresiasi berbagai topik yang dibahas dalam buku ini, mulai dari Pertahanan Rakyat Semesta, Pangan dan Pertahanan Negara, Memperkuat Diplomasi Pertahanan Kita, Politik Alutsista Prabowo Subianto, hingga Urgensi Komponen Cadangan TNI.

Ia menekankan bahwa perdamaian adalah esensi dari politik pertahanan Indonesia, sebagaimana tersemat dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk mewujudkan perdamaian, Indonesia harus aktif berdiplomasi dengan negara-negara lain, terutama di kawasan Asia Pasifik yang sedang mengalami ketegangan akibat konflik antara Amerika Serikat dan China.

“Bagi Indonesia seribu kawan masih kurang, sementara satu lawan terlalu banyak. Hal tersebut menunjukkan kebijakan pertahanan nasional harus aktif,” kata Singgih mengutip Dahnil yang mengutip Prabowo.

Namun, diplomasi saja tidak cukup. Indonesia juga harus memperkuat kemampuan pertahanannya sendiri dengan membangun industri pertahanan nasional yang mandiri dan modern. Singgih mendukung visi Prabowo untuk mengembangkan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan TNI.

Selain itu, Singgih juga setuju dengan pandangan Prabowo bahwa pangan adalah pertahanan negara. Ia berharap Prabowo bisa mendorong swasembada pangan dan meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia.

Di era digital, Singgih juga menyadari pentingnya mengantisipasi ancaman siber yang bisa merusak sistem informasi dan komunikasi negara. Ia mendukung rencana Prabowo untuk membentuk Komando Siber TNI yang bertugas untuk melindungi infrastruktur siber nasional dari serangan musuh.

Singgih menambahkan bahwa untuk bisa melahirkan gagasan-gagasan pertahanan yang baik, bangsa Indonesia juga harus belajar sejarah. Ia mengatakan bahwa dari sejarah kita bisa mengambil pelajaran, agar tidak mengalami nasib serupa dengan bangsa-bangsa lain yang terjajah atau terpecah belah.

“Syaratnya adalah kita membangun pertahanan yang baik, jadi saya kira buku ini sangat inspiratif,” ujar Singgih.

Singgih juga menyarankan agar studi tentang pertahanan Indonesia dikembangkan lebih lanjut dengan berbasis kepada Pancasila dan semangat nasionalisme. Ia menganggap hal ini sebagai fundamental yang sangat penting untuk membangun pertahanan Indonesia ke depan.

“Ke depan kita juga perlu mengembangkan studi ini, yakni membangun pertahanan yang berbasis kepada Pancasila dan semangat nasionalisme. Karena ini menjadi fundamental yang sangat penting untuk membangun pertahanan Indonesia ke depan,” tutur Singgih.

Buku ‘Politik Pertahanan’ ini bisa menjadi bacaan yang menarik dan kekinian bagi siapa saja yang ingin mengetahui lebih dalam tentang politik pertahanan Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto. Buku ini juga bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk berkontribusi dalam menjaga kedaulatan dan keamanan negara.

Post a Comment

Previous Post Next Post