DPP LDII: Bung Karno Berhasil Merumuskan Lima Prinsip yang Saat ini Kita Kenal Sebagai Pancasila

DPP LDII Bung Karno Berhasil Merumuskan Lima Prinsip yang Saat ini Kita Kenal Sebagai Pancasila


Jakarta (31/5). Pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno merumuskan lima prinsip dasar negara Indonesia yang akan lahir dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPKI). Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila.

"Sebagai seorang pemikir besar pada awal abad ke-20, Bung Karno berhasil merumuskan lima prinsip yang saat ini kita kenal sebagai Pancasila. Pemikiran Bung Karno melampaui zamannya dan tetap relevan hingga saat ini," ungkap Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso.

Saat ini, semangat gotong-royong yang menjadi jiwa Pancasila semakin memudar. Menurut KH Chriswanto, pemujaan terhadap kebebasan individu yang merupakan inti dari liberalisme seringkali ditafsirkan dengan cara yang negatif, "Hal ini membuat manusia lebih mengutamakan hak-haknya dan seringkali mengabaikan kewajibannya," tambahnya.

Ia menyatakan bahwa pemujaan terhadap kebebasan individu yang salah kaprah seharusnya dilihat dari sisi positif, "Misalnya, bahwa setiap manusia berhak untuk sejahtera. Oleh karena itu, mereka harus bekerja keras dan berhemat. Mereka tidak boleh menjadi individualistik dan tidak memperhatikan lingkungan sosial mereka," jelas KH Chriswanto.

Ia mengingatkan bahwa ancaman terhadap ideologi bangsa Indonesia adalah masuknya ideologi transnasional. Ideologi-ideologi tersebut diadopsi oleh anak bangsa tanpa adaptasi atau penyesuaian dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, "Ideologi tersebut bisa berupa agama maupun sekularisme yang diterapkan mentah-mentah tanpa memperhatikan kehidupan sosial dan budaya bangsa Indonesia," tegasnya.

Dalam kesamaan pandangan dengan KH Chriswanto Santoso, Ketua DPP LDII Singgih Tri Sulitiyono menjelaskan bahwa tantangan global seperti ekstremisme agama, radikalisme, terorisme internasional, dan pengaruh ideologi-ideologi transnasional dapat mengancam keutuhan nilai-nilai Pancasila, "Ideologi-ideologi tersebut mungkin memiliki tujuan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Pancasila. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan upaya yang kuat untuk menghadapinya," tutur Singgih yang juga merupakan Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro.

Dia menambahkan bahwa pengetahuan untuk menjaga dan memperkuat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap Pancasila sebagai landasan negara sangat penting. "Penanaman nilai-nilai Pancasila tersebut dapat dilakukan melalui program-program edukasi, seminar, dan lokakarya. LDII juga berusaha untuk membangun pemahaman yang kuat terhadap Pancasila dengan wawasan kebangsaan sebagai panduan dalam menghadapi tantangan global dan ideologi transnasional," tambahnya.

Singgih melanjutkan bahwa peringatan Hari Lahir Pancasila menjadi momentum penting untuk memperkuat upaya dalam menjaga nilai-nilai Pancasila dari tantangan global dan ideologi transnasional, "LDII memanfaatkan momen ini untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dengan mengadakan upacara bendera di sekolah-sekolah dan pesantren-pesantren, sekaligus mengingatkan perjuangan para pahlawan dalam menyusun Pancasila. Hal ini bertujuan agar Pancasila tetap menjadi fondasi yang kokoh bagi bangsa Indonesia," ujar Singgih.

Dia menyebutkan bahwa menghadapi tantangan global dan ideologi transnasional yang dapat menggerus nilai-nilai Pancasila membutuhkan peran aktif dan responsif dari semua pihak, "LDII bersama dengan berbagai komponen masyarakat lainnya berupaya membantu pemerintah dalam menjaga keutuhan nilai-nilai Pancasila dalam membentuk identitas dan persatuan bangsa Indonesia. Peringatan Hari Lahir Pancasila menjadi momen yang tepat untuk menghidupkan kembali nilai-nilai ini dan memperkuat komitmen dalam menjaga keutuhan negara," sambungnya.

Pada tahun ini, tema yang diusung dalam Hari Lahir Pancasila adalah "Gotong Royong Membangun Peradaban dan Pertumbuhan Global." "Ini merupakan tema yang luar biasa. Mari kita merenungkan dan menerapkan nilai-nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari," ucapnya.

Momentum ini digunakan sebagai ajakan untuk membangun peradaban dalam hal moral dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Dengan gotong royong, diharapkan masyarakat dapat mencapai pertumbuhan global yang berkelanjutan dan menjadikan Pancasila sebagai fondasi yang kuat dalam membangun peradaban yang bermartabat," tambahnya.

Ketua DPW LDII Jawa Tengah ini juga mengajak generasi muda dan warga LDII untuk terus menjaga keutuhan ideologi Pancasila yang menjadi dasar negara. "Pancasila merupakan perekat yang kuat bagi keutuhan dan kesatuan bangsa. Generasi muda dan warga LDII memiliki peran penting dalam menjaga persatuan Indonesia. Tolak segala bentuk aksi yang dapat memecah belah bangsa, seperti radikalisme, ekstremisme, atau intoleransi," tegasnya.

Post a Comment

Previous Post Next Post