Webinar Pemberdayaan Perempuan LDII Gali Pendidikan yang Relevan di Era Disrupsi

Webinar Pemberdayaan Perempuan LDII Gali Pendidikan yang Relevan di Era Disrupsi


Semarang. DPW LDII Jawa Tengah melalui Biro Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) menggelar webinar nasional “Pemberdayaan Keluarga dalam Mencetak Generasi Penerus yang Unggul” pada Sabtu (24/12).


Dalam sambutannya, Ketua DPW LDII Jawa Tengah Singgih Tri Sulistiyono menekankan pentingnya peranan perempuan sebagai tiang negara. Ia menyebutkan peran perempuan sangat banyak mulai dari keluarga, pendidikan, perekonomian hingga pembangunan karakter budaya bangsa.


“Webinar ini merupakan program unggulan dari DPW LDII Jawa Tengah. Ini merupakan suatu program kewanitaan. Bagaimana peran wanita dalam kehidupan keluarga untuk mencetak generasi penerus yang unggul di era Indonesia Emas 2045, saat Indonesia akan mengalami bonus demografi,” ungkap Singgih.


Berkaca dari krisis moneter yang sempat melanda Indonesia pada 1997, Singgih Tri Sulistiyono yang juga merupakan Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro itu mengungkapkan, Indonesia dapat bertahan di tengah goncangan krisis moneter, tak lepas dari peranan kuat keluarga di Indonesia yang memegang nilai-nilai moral, kerukunan dan agama.


“Sejak dahulu keluarganya saling membantu dan tolong menolong. Tidak seperti negara-negara barat yang mayoritas memegang nilai-nilai individualitas dan liberalisme, yang mana orang lebih mementingkan diri sendiri. Ini yang membuat Indonesia dapat bertahan,” ujarnya.


Singgih menilai, sebagai unit terkecil dari sistem masyarakat, keluarga merupakan pondasi awal dalam pembangunan sumber daya manusia unggul yang tetap memegang teguh prinsip agama. “Kita perlu generasi yang unggul, tetap eksis berkembang dan menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat dengan tetap berpegang teguh pada ajaran agama di era digital ini,” tambahnya.


Ia memandang generasi yang unggul merupakan generasi yang dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan pada era disrupsi teknologi yang bisa memunculkan hal-hal yang tidak bisa diprediksi.


“Kemampuan adaptasi menyesuaikan diri dengan lingkungan ternyata semakin diperlukan karena kita sedang menghadapi perubahan zaman dan lingkungan yang cepat. Kedepan, semua bersifat unpredictable,” ungkapnya.


Singgih mengungkapkan kunci untuk menghadapi era disrupsi teknologi adalah dengan pendidikan yang tepat dan relevan, yang dapat menyeimbangkan kemampuan soft-skill dan hard-skill.


Kemampuan soft-skill merupakan kemampuan seseorang yang berkaitan dengan personal, sosial, kominikasi, dan manajemen diri. “Kemampuan soft-skill akan bermanfaat sampai seumur hidup. Maka ini sangat penting dalam dunia pendidikan,” ujarnya.


Dalam konteks disrupsi 4.0 menuju era society 5.0, Singgih menekankan pendidikan soft-skill harus bisa membangun mental balance (keseimbangan mental) dan emotional intelligence (kecerdasan emosional).


“Dengan kemampuan soft-skill modal keseimbangan mental dan kecerdasan emosial nanti generasi kita mampu beradaptasi menghadapi kemajuan teknologi. Bisa mengatasi tantangan dan bisa juga meredakan konflik yang terjadi,” ujarnya.


Sedangkan pada kemampuan hard-skill, Singgih menilai perlu memprioritaskan berbagai ilmu yang bisa dikembangkan secara berkelanjutan dengan basis teknologi digital untuk mewujudkan SDM yang profesional di bidangnya. “Hard-skill tetap penting karena kita perlu menjadi orang yang profesional di bidang tertentu,” jelasnya.


Kemampuan soft-skill dan hard-skill juga perlu diikuti dengen pendidikan agama dan pendidikan moral. Sehingga selain unggul dan berdaya saing, generasi penerus Indonesia juga memiliki akhlak dan budi pekerti yang luhur serta religius.


Menurut Singgih, hal ini sejalan dengan pencanagan pembangunan SDM profesional-religius yang dicetus LDII. Singgih mengungkapkan, LDII menekankan pembinaan intensif pada generasi muda, untuk mewujudkan generasi penerus yang alim faqih, berakhlakul karimah dan mandiri dengan memegang karakter 6 thobiat luhur.


“Alhamdulillah LDII sudah punya pemikiran jauh kedepan dengan merumuskan banyak soft-skill, melalui penerapan 6 thobiat luhur, dengan target tri sukses. Sehingga apa yang dirumuskan LDII sudah sesuai dengan era society 5.0, ” pungkas Singgih. (FU/LINES)

Post a Comment

Previous Post Next Post