Sekolah Tinggi Agama Islam Minhajurrosyidin (STAIMI) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan mengusung tema “Potensi Market Place Syariah dalam Mendukung Era Industri 4.0 dan Society 5.0”

Jakarta (11/4). Sekolah Tinggi Agama Islam Minhajurrosyidin (STAIMI) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan mengusung tema “Potensi Market Place Syariah dalam Mendukung Era Industri 4.0 dan Society 5.0”.
FGD yang diselenggarakan di Gedung Puri Ponpes Minhajurrosyidin, Pondok Gede, Jakarta Timur ini, dihadiri Ketua STAIMI Prof. Dr. Ir. Sudarsono, dari Peneliti Senior Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia Cecep Maskanul Hakim, Perwakilan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) dan BNI Syariah Delyuza Syamsi, Dr. Ardito Bhinadi ketua Departemen Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat DPP LDII, dan Dosen STAIMI Hadiansyah.
Sebagai calon ekonomi masa depan, Prof. Sudarsono mengatakan bahwa mahasiswa Staimi perlu memperkaya diri dengan praktek-praktek bisnis khususnya dalam mendukung Era 4.0 dan menjadi bagian dari Society 5.0.
“Salah satunya jual beli online dengan model vertikal dan horizontal. Keduanya perlu melibatkan integrasi dari beberapa unsur pendukung, yaitu produsen, perbankan, distribusi, dan internet,” ujarnya. 
Senada dengan Prof. Sudarsono, Cecep Maskanul Hakim juga menambahkan bahwa Indonesia merupakan pasar besar yang perlu digerakkan agar mampu menjadi pelaku bukan hanya sebagai konsumen.
Menurutnya, Indonesia kini masuk Top 10 Expenditure di setiap industri. Sebagai pasar yang besar, masyarakat Indonesia perlu digerakkan agar menjadi pelaku usaha bukan hanya sebagai konsumen.

“Bank Indonesia mempunyai blue print dalam strategi utama yaitu pemberdayaan Ekonomi Syariah, pendalaman pasar keuangan syariah dan penguatan riset, asesmen, dan edukasi. Untuk itu kunci suksesnya adalah Kerjasama dan Kordinasi dengan semua unsur pemangku kepentingan baik lembaga pemerintah dan swasta,” ujarnya.
Delyuzar Syamsi juga menjelaskan, di Era sekarang ini perlu adanya pemerataan. Bank perlu terus memperluas cabang-cabangnya untuk menjangkau nasabah diseluruh pelosok tanah air. Terutama inovasi yang berwawasan internet dan mengembangkan Bank Digital.
“Tentu hal ini sejalan dengan perkembangan teknologi informasi untuk efisiensi operasional dan peningkatan layanan,” ujarnya.
Bank pun perlu berinovasi agar dapat mempermudah layanan pembayaran dalam bisnis online. Namun Dr. Ardito Bhinadi menekankan poin terpenting dalam akad jual beli. Menurutnya, kepuasan konsumen harus diutamakan dan perlu adanya keterbukaan antara penjual dan pembeli.
“Kepuasan konsumen menjadi hal yang paling utama untuk kelangsungan usaha. Masing-masing harus terbuka dalam penawaran dan permintaan agar tidak ada konflik dalam transaksi jual beli.” Layanan pengiriman yang murah, aman dan cepat sangat dibutuhkan oleh pelaku usaha market place agar pesanan dapat diterima tepat waktu dan tidak mengalami kerusakan. Para pelaku harus berana menanggung segala resiko keluhan pelanggan.
Dalam pertemuan ini, peserta FGD berharap semua pihak dapat menguatkan sistem ekonomi syariah di Indonesia. Harapannya, sistem Ekonomi Syariah dapat merata dan meningkat kualitasnya di seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Post a Comment

Previous Post Next Post