Mendidik Anak Zaman Sekarang dengan Akhlak Zaman Rasulullah

Mendidik Anak Zaman Sekarang dengan Akhlak Zaman Rasulullah

Zaman boleh berubah, tapi nilai tidak boleh goyah. Begitulah prinsip dasar dalam mendidik anak menurut Islam. Di tengah derasnya arus teknologi dan media sosial, anak-anak kita tumbuh di dunia yang serba cepat — namun hati mereka tetap membutuhkan bimbingan kasih sayang, adab, dan akhlak mulia.

🌱 Meneladani Cara Rasulullah Mendidik

Rasulullah SAW tidak pernah membentak anak-anak. Beliau berbicara dengan lembut, penuh kasih, tapi tegas dalam prinsip. Ketika Hasan dan Husain bermain di punggung beliau, Rasul tidak marah, justru tersenyum dan membiarkan mereka tertawa bahagia. Dari situ kita belajar bahwa cinta adalah pondasi pertama pendidikan.

“Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi anak-anak kecil dan tidak menghormati orang tua.” (HR. Tirmidzi)

📱 Tantangan Digital, Keteladanan Nyata

Dunia digital menawarkan kemudahan, tapi juga godaan. Anak-anak lebih mengenal idola dari layar ketimbang sosok nyata di rumah. Maka, peran orang tua menjadi kunci. LDII Sampit mengajak para orang tua menjadi figur inspiratif di mata anak-anaknya — bukan hanya dengan kata, tapi dengan tindakan sehari-hari.

Mengajarkan anak untuk disiplin, jujur, dan menghargai waktu tak bisa hanya lewat nasihat. Mereka meniru lebih banyak daripada mendengar. Maka, biasakanlah shalat tepat waktu, membaca Al-Qur’an bersama, dan menebar salam setiap kali berjumpa. Hal-hal kecil itulah yang membentuk jiwa besar.

💖 Keluarga Sebagai Madrasah Pertama

Rasulullah SAW bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)

Artinya, rumah adalah tempat pertama seorang anak mengenal Allah, belajar adab, dan memahami arti kasih sayang. pembinaan keluarga menjadi prioritas utama. Pengajian keluarga rutin diadakan untuk memperkuat peran ayah dan ibu sebagai pendidik utama di rumah.

🌸 Mendidik dengan Doa dan Cinta

Di akhir hari, orang tua hanya bisa berusaha dan berdoa. Karena hati anak bukan milik kita, tapi milik Allah yang Maha Membolak-balikkan hati manusia. Maka, mintalah kepada-Nya agar anak-anak kita menjadi qurrata a’yun — penyejuk mata, kebanggaan di dunia dan akhirat.

Semoga keluarga-keluarga umat muslim terus menjadi teladan bagi masyarakat, menumbuhkan generasi yang cerdas, sopan, berilmu, dan berakhlakul karimah. Sebab pendidikan terbaik bukan hanya yang mencerdaskan otak, tapi yang menumbuhkan hati.

Lebih baru Lebih lama