Harta adalah salah satu nikmat terbesar yang Allah ﷻ titipkan kepada manusia. Namun, ia juga bisa menjadi ujian yang menentukan arah hidup kita, apakah menuju kebaikan atau sebaliknya. Dalam Islam, harta tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan dunia, tetapi juga menjadi sarana untuk beribadah, berjihad, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Harta Sebagai Sarana Jihad
“Berangkatlah kalian baik dalam keadaan ringan maupun berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian di jalan Allah. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” (QS. At-Taubah: 41)
Ayat ini mengingatkan bahwa jihad tidak semata dilakukan dengan fisik, tetapi juga dengan harta. Setiap rupiah yang kita keluarkan untuk mendukung dakwah, pendidikan, dan kemaslahatan umat, tercatat sebagai bagian dari jihad di jalan Allah.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka...” (QS. At-Taubah: 111)
Sebuah perjanjian agung yang tidak ada tandingannya: Allah menukar harta dan jiwa dengan surga. Inilah transaksi terbaik yang bisa dilakukan seorang mukmin.
Infak yang Tidak Akan Mengurangi Rezeki
“Apa saja yang kalian infakkan, niscaya Allah akan menggantinya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Saba’: 39)
Banyak orang merasa berat untuk berinfak karena takut miskin. Padahal Allah sendiri menjanjikan pengganti yang jauh lebih baik. Justru dengan bersedekah, pintu rezeki akan semakin terbuka lebar.
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir; pada tiap-tiap bulir ada seratus biji...” (QS. Al-Baqarah: 261)
Ayat ini memberikan gambaran indah, bahwa setiap infak yang kita keluarkan bisa berkembang menjadi pahala yang berlipat ganda. Kebaikan kecil akan tumbuh menjadi kebaikan besar.
Hadis Nabi ﷺ Tentang Amanah dan Sedekah
“Apabila telah datang akhir zaman, maka manusia tidak bisa lepas dari dinar (harta) dan dirham, yang dengan itu seseorang menegakkan agama dan dunianya.” (HR. Thabrani)
Hadis ini menunjukkan bahwa harta adalah kebutuhan penting. Namun, penggunaannya tetap harus seimbang, untuk agama dan dunia.
“Nabi ﷺ pernah ditanya: ‘Siapakah orang mukmin yang paling sempurna imannya?’ Beliau menjawab: ‘Yaitu orang yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya.’” (HR. Abu Dawud)
“Sesungguhnya sedekah itu akan memutus panas (siksa) kubur dari orang yang bersedekah...” (HR. Thabrani)
“Bendahara yang muslim lagi amanah ... maka ia mendapatkan pahala sama seperti salah seorang yang bersedekah.” (HR. Bukhari)
“Seorang pekerja/aparat apabila ia dipekerjakan lalu ia mengambil hak (bagi dirinya) dan menunaikan hak (bagi orang lain) dengan benar, maka ia seperti mujahid di jalan Allah...” (HR. Thabrani)
“Sesungguhnya ada orang-orang yang seenaknya mencampuradukkan dan mengutak-atik harta Allah tanpa hak. Maka bagi mereka adalah neraka pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)
“Celakalah para pemimpin, celakalah para pejabat, celakalah para petugas keamanan!...” (HR. Ahmad)
“Pada hari kiamat akan didatangkan seorang pemilik pena di dalam peti dari api ... Jika ia gunakan untuk ketaatan kepada Allah, maka dilepas darinya. Namun jika ia gunakan untuk maksiat, maka ia akan dijatuhkan ke dalam neraka...” (HR. Thabrani)
Penutup
Dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis di atas, kita memahami bahwa harta bukan hanya sekadar alat memenuhi kebutuhan, tetapi juga jalan menuju pahala dan keselamatan akhirat. Sedekah, infak, amanah, dan jihad dengan harta menjadi bekal penting agar hidup kita penuh keberkahan.
Semoga kita termasuk orang yang mampu menjaga harta dengan benar, menggunakannya di jalan Allah, dan menjadikannya sebagai wasilah meraih ridha serta surga-Nya.
