Keberhasilan organisasi ditentukan oleh orang-orang yang tepat di posisi yang tepat. Ide cemerlang tak berarti tanpa manusia kompeten dan berkomitmen.
Teori manajemen modern menekankan pentingnya sumber daya manusia efektif dalam seluruh proses manajerial. Seorang pemimpin tak hanya membuat keputusan strategis, tetapi juga menentukan siapa yang diajak bekerja sama. Konsep “the right man on the right place” bukan sekadar slogan, melainkan kunci utama. Jack Welch, mantan CEO General Electric, menegaskan: "The team with the best players wins." Tim hebat, bukan pemimpin hebat, yang menjamin kesuksesan.
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW menjadi teladan. Beliau memilih orang-orang terbaik dan menugaskan sesuai keahlian; Muadz bin Jabal dalam hukum, Khalid bin Walid dalam strategi perang, Zaid bin Tsabit untuk Al Quran, dan Abdullah bin Mas’ud dalam waris. Keberhasilan dakwah dan pembangunan masyarakat bergantung pada penempatan SDM yang cermat.
Banyak organisasi memulai dari program atau strategi, mengabaikan pemilihan SDM. Akibatnya, “the wrong people in the wrong place,” proyek mandek, target meleset, dan konflik internal muncul. Jim Collins dalam Good to Great mengatakan: "First who, then what." Manusianya dulu, baru strateginya.
Memilih orang tepat tak mudah. Butuh kepekaan, pengalaman membaca karakter, dan intuisi. Strategi yang bisa diterapkan: talent mapping, penempatan dinamis, penguatan karakter dan kapasitas, serta rotasi dan evaluasi.
Pemimpin hebat membangun organisasi dari manusia, bukan struktur atau rencana. Visi hebat hanya tinggal kertas tanpa orang yang tepat. "Choose people first" adalah fondasi kesuksesan jangka panjang. Seperti Nabi Muhammad SAW, pemimpin harus sadar keberhasilan adalah buah kolaborasi. Sudahkah Anda memilih orang yang tepat?
