Gen Strawberry dan Grit: Antara Kenyamanan dan Ketahanan


Di era serba cepat dan serba digital ini, muncul istilah baru yang banyak digunakan untuk menggambarkan generasi muda saat ini: Gen Strawberry. Istilah ini mengacu pada generasi yang tampak menarik di luar—seperti buah stroberi—namun dianggap mudah hancur ketika menghadapi tekanan hidup.

Label ini umumnya disematkan pada Generasi Z (lahir 1997–2012) dan Generasi Alpha (2013 ke atas), yang tumbuh dalam lingkungan modern dan nyaman, tetapi sering kali dianggap kurang daya tahan menghadapi kesulitan.

Sementara itu, di sisi lain ada konsep yang semakin penting untuk dimiliki: Grit. Menurut psikolog Angela Duckworth, grit adalah kombinasi antara passion (hasrat jangka panjang) dan perseverance (ketangguhan menghadapi kesulitan). Anak atau remaja yang punya grit tidak mudah menyerah, tetap konsisten mengejar tujuan, dan mampu bertahan meski dalam situasi penuh tantangan.


Gen Strawberry = Rendah Grit?

Tidak sedikit yang melihat bahwa Gen Strawberry cenderung memiliki grit yang rendah. Berikut beberapa indikatornya:

  • Cepat mencari kenyamanan dan jalan pintas, tidak tahan menjalani proses panjang.
  • Mudah menyerah saat gagal, menganggap kegagalan adalah akhir, bukan batu loncatan.
  • Tergantung pada validasi eksternal, sehingga passion mudah berubah-ubah.
  • Kurang latihan menghadapi kesulitan, karena hidup serba instan membuat daya juang tak terasah.


Apa yang Membentuk Gen Strawberry?

🔁 Perubahan Sosial & Teknologi

Generasi ini tumbuh di tengah ledakan informasi digital. Media sosial memunculkan standar hidup "sempurna" yang memicu insecure dan FOMO (Fear of Missing Out). Interaksi pun lebih sering terjadi secara virtual, bukan tatap muka, sehingga ketahanan emosional mereka tidak terbangun dengan kokoh.

👪 Pola Asuh & Ekspektasi

Banyak orang tua (terutama generasi milenial dan baby boomer) cenderung overprotective, membatasi anak dari tantangan nyata. Ditambah lagi dengan tekanan akademik dan ekspektasi kesuksesan karier yang tinggi, namun tidak dibarengi dengan pembiasaan daya tahan dan pemecahan masalah sejak dini.

🌏 Lingkungan & Budaya

Kehidupan yang makin cepat dan kompetitif, ditambah dengan pengaruh pandemi, budaya “cancel”, dan tekanan sosial yang tinggi, turut memperparah tingkat kecemasan dan ketakutan akan kegagalan.

🧠 Karakteristik Gen Z & Alpha

Mereka tumbuh sebagai generasi yang berani terbuka soal kesehatan mental dan perasaan, tapi kadang kurang tahan uji terhadap proses panjang dan kegagalan.


Dampak Jika Grit Rendah

  • Grit yang rendah berdampak luas dan mendalam:
  • Mental: Lebih mudah stres, cemas, dan mengalami gangguan emosional.
  • Akademik & Karier: Sulit meraih prestasi maksimal karena tidak konsisten.
  • Spiritual & Sosial: Sulit membangun komitmen dalam ibadah dan kontribusi jangka panjang.
  • Perkembangan Sabilillah: Sulit mencetak generasi pemimpin dan penggerak yang tahan banting.


Fakta yang Mengkhawatirkan

  • 1 dari 7 remaja (usia 10–19 tahun) di dunia mengalami gangguan mental.
  • Depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku adalah penyebab utama penyakit dan disabilitas pada remaja.
  • Bunuh diri menjadi penyebab kematian ketiga terbanyak pada kelompok usia 15–29 tahun.


Masa Depan Tidak Akan Lebih Mudah

Generasi masa depan akan menghadapi berbagai tantangan:

  • Tantangan Sosial: Polarisasi, konflik nilai, tekanan media sosial.
  • Tantangan Pendidikan: Perkembangan pesat menuntut adaptasi cepat.
  • Tantangan Ekonomi & Karier: Dunia kerja makin kompetitif dan dinamis.
  • Tantangan Mental & Spiritualitas: Kesehatan jiwa dan keteguhan iman terancam.

Hanya generasi yang punya grit yang mampu bertahan — bahkan membangun peradaban.


Solusi: Peran Kita Bersama

🌱 Peran Remaja (Gen Z & Alpha)

  • Tetapkan tujuan jangka panjang: Punya visi besar, bukan sekadar keinginan sesaat.
  • Lawan kenyamanan: Pilih aktivitas yang menantang dan melatih ketekunan.
  • Latih sabar dan tawakkal: Hadapi kesulitan sebagai bagian dari latihan hidup.
  • Kurangi distraksi: Batasi gadget dan fokus pada kegiatan yang membangun karakter.

👨‍👩‍👧‍👦 Peran Orang Tua

  • Berikan teladan: Tunjukkan ketekunan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Bangun pola pikir berkembang (growth mindset): Ajari bahwa gagal itu belajar.
  • Berikan tanggung jawab: Latih disiplin melalui tugas rumah, hafalan, kegiatan sosial.
  • Bangun kehangatan: Ciptakan rumah sebagai tempat aman untuk tumbuh dan gagal.

🕌 Peran Jamaah & Masyarakat Umum

  • Ciptakan komunitas yang suportif: Lewat kegiatan sosial, kemandirian, kewirausahaan muda.
  • Hargai proses, bukan hanya hasil: Dorong semangat pantang menyerah.
  • Sediakan ruang aman untuk gagal: Agar anak-anak belajar, bukan takut mencoba.
  • Libatkan semua pihak: RT, karang taruna, organisasi pemuda, hingga majelis taklim — semua berperan membentuk generasi tangguh.


Penutup

Generasi Strawberry bukan berarti generasi yang gagal — mereka hanya butuh dibekali grit.
Karena masa depan bukan milik generasi yang pintar saja, tapi generasi yang tangguh, sabar, dan tidak mudah menyerah.

FKKI - Agustus 2025

Lebih baru Lebih lama