Cara Efektif Mengajari Anak Mengatur Emosi Tanpa Tantrum

Cara Efektif Mengajari Anak Mengatur Emosi Tanpa Tantrum | LDIISampit

Cara Efektif Mengajari Anak Mengatur Emosi Tanpa Tantrum

Bayi menangis, balita sering tantrum. Pada titik tertentu, orang tua mengharapkan anak-anak mereka mulai mengelola perasaan tanpa ledakan emosi besar.

Pentingnya Regulasi Emosi

Belajar mengatur emosi adalah proses kompleks.

“Emotion regulation calls on so many skills, including attention, planning, cognitive development, and language development,” said Pamela Cole, PhD, a psychologist at Penn State University who studies emotion regulation in early childhood.

Anak-anak mengembangkan keterampilan ini pada waktu yang berbeda-beda. Kemampuan mereka mengelola perasaan negatif tergantung pada genetika, temperamen alami, lingkungan tempat mereka tumbuh, serta faktor luar seperti rasa lapar atau lelah. Orang tua, guru, dan pengasuh lainnya memainkan peran penting dalam membantu anak belajar mengelola perasaan mereka.

Manfaat Anak Bisa Mengelola Emosi

Anak-anak yang mampu mengatur emosi lebih baik cenderung berhasil di sekolah dan mudah bergaul dengan orang lain.

Strategi Praktis untuk Orang Tua

1. Mulai Sejak Dini

“Infants who are quick to react and hard to sooth are more likely to have trouble managing emotions when they get older,” said John Lochman, PhD, ABPP.
Mulailah berbicara tentang perasaan sejak anak masih bayi. Tunjukkan karakter buku atau film yang merasa sedih, bahagia, marah, atau khawatir.

2. Bangun Hubungan yang Aman

Studi menunjukkan anak yang memiliki hubungan aman dan terpercaya dengan orang tua atau pengasuh mampu mengatur emosinya lebih baik.

3. Ajak Bicara dan Ajari

“When things are calm, find opportunities to talk about feelings and strategies for managing them,” Cole said.
Ajari anak mengenali dan memberi nama emosi mereka. Jangan berbicara saat mereka sedang marah.

4. Tunjukkan Perilaku Baik

“Research shows that’s ridiculous,” said Alan Kazdin, PhD, a psychologist at Yale University.
Anak belajar dari contoh, bukan hanya kata-kata.

5. Tetap Tenang

“Walk into the other room and come back once you’re calmer,” said Kazdin.
Ambil napas dan tenangkan diri sebelum menanggapi tantrum anak.

6. Rencanakan Pilihan

Diskusikan cara menghadapi situasi sulit saat anak sedang tenang. Misalnya, jika anak mendorong teman yang ingin main dengan mainannya, diskusikan pilihan tindakan alternatif.

7. Latihan Peran

“Role play and rehearse,” Kazdin said.
Lakukan simulasi untuk mempraktikkan keterampilan mengelola emosi.

8. Kurangi Hukuman, Tingkatkan Pujian

“When parenting is harsh, children who have trouble managing their emotions tend to react by becoming more aggressive,” Lochman said.
Fokus pada pujian dan penghargaan untuk perilaku positif.

9. Bekerja Sebagai Tim

Koordinasi antara orang tua, guru, dan pengasuh lain sangat penting untuk konsistensi dalam membantu anak mengatur diri.

10. Sesuaikan Ekspektasi

“In a highly stressful situation, children need more adult support,” Cole said.
Jangan berharap anak selalu bersikap sempurna terutama saat stres atau takut.

11. Pandang Jangka Panjang

Kebanyakan anak belajar mengelola emosi besar saat mereka masuk sekolah dasar. Fungsi eksekutif terus berkembang hingga dewasa muda.

Mencari Dukungan Profesional

Jika anak kesulitan mengatur emosi, psikolog atau tenaga kesehatan perilaku bisa membantu. Konsultasikan juga dengan guru atau konselor sekolah.

“It’s important to develop a strong, positive relationship with your child,” Cole said. “Kids learn from people they trust.”

Lebih baru Lebih lama