
Aroma rempah-rempah dan semangat kebersamaan memenuhi udara Masjid Al-Mubarok, Manokwari. Di tengah hiruk pikuk penyembelihan hewan kurban Idul Adha 1446 H, LDII Papua Barat menyambut kunjungan awak media, menyuguhkan lebih dari sekadar tradisi tahunan. Lebih dari itu, sebuah percakapan penting tentang melawan arus informasi sesat tengah berlangsung.
Ketua DPW LDII Papua Barat, Suroto, dengan didampingi Sekretaris Agus Irawan, mengungkapkan rasa syukur atas lancarnya ibadah kurban. “Alhamdulillah ini sebagai wujud ketakwaan dan meraih pahala yang paling besar dengan berkurban. Dimana pahalanya sama dengan mereka yang berperang membela agama Allah dan pulang tinggal nama,” ujarnya. Kesederhanaan namun bermakna mendalam terpancar dari setiap kata yang terucap. Sepuluh ekor sapi, hasil dari ketekunan menabung warga LDII selama setahun, dikurbankan; delapan diantaranya disembelih di Masjid Al-Mubarok, dilengkapi sumbangan dari Bupati Manokwari dan anggota DPRD Provinsi Papua Barat.
Suasana hangat berubah menjadi diskusi serius ketika pembicaraan beralih ke maraknya informasi keliru di media. Menanggapi pertanyaan awak media terkait pemberitaan LDII di kancah nasional, Suroto memberikan penjelasan lugas. “Masyarakat lebih cenderung mempercayai informasi yang sesuai dengan emosi, keyakinan pribadi, atau popularitas, daripada informasi yang didasarkan pada bukti ilmiah atau riset. Singkatnya era post truth adalah ketika kebohongan atau informasi yang tidak benar bisa menyamar menjadi kebenaran dan lebih mudah diterima, terutama melalui pengaruh media sosial dan influencer,” jelasnya.
Penjelasan tersebut disambut baik oleh para awak media yang hadir. Kesamaan visi dan misi untuk melawan arus post truth menyatukan mereka dalam komitmen memberitakan informasi akurat dan bertanggung jawab. Suroto pun menyampaikan rasa terima kasihnya pada Klikpapua, KabarTimur, Vressnews, Kabarkasuari, Kumparan, dan media lainnya yang hadir, “Semoga dukungan ini dapat menambah semangat bagi LDII untuk melawan post truth,” pungkasnya. Kunjungan ini bukan hanya menyaksikan ibadah kurban, melainkan menandai kolaborasi penting antara LDII dan media dalam melawan disinformasi. Sebuah pertarungan yang tak kalah pentingnya dengan ibadah kurban itu sendiri.