Mekkah. Baitullah, Ka'bah suci, menjadi saksi bisu pelepasan diri dari segala larangan bagi para jemaah haji yang melaksanakan nafar tsani pada tanggal 13 Dzulhijah. Di antara lautan manusia yang melakukan thawaf ifadhah, terlihat sosok Gimanto, jemaah haji lansia dari Sampit, Kotawaringin Timur, dengan air mata bahagia yang mengalir di pipinya.
Sejak wukuf di Arafah hingga mabit di Mina untuk melempar jumrah, rasa lelah dan letih tak pernah menyurutkan semangat Gimanto untuk menyelesaikan rangkaian ibadah haji. Kini, di Baitullah, ia merasakan puncak kebahagiaan saat thawaf ifadhah menandakan tahalul tsani, pembebasan diri dari segala larangan yang mengikatnya selama berhari-hari.
"Alhamdulillah, Ya Allah. Aku telah menyelesaikan ibadah haji-Mu dengan penuh khusyuk," gumam Gimanto dalam doanya. Air matanya bercampur air zamzam yang membasahi pipinya, menjadi bukti rasa syukur dan haru yang mendalam atas kesempatan yang diberikan Allah untuk menunaikan rukun Islam kelima ini.
Bagi Gimanto, momen thawaf ifadhah bukan hanya tentang pembebasan diri dari larangan, tetapi juga tentang penyatuan kembali dengan sang istri tercinta. Kerinduan yang tertahan selama berhari-hari akan segera terobati. Namun, di balik kebahagiaan itu, terbesit rasa haru dan khawatir. Usianya yang sudah renta membuatnya bertanya-tanya, apakah ia masih akan berkesempatan untuk kembali ke Baitullah dan merasakan momen istimewa ini lagi?
Meskipun diliputi keraguan, Gimanto tetap tegar dan penuh syukur. Ia yakin bahwa Allah SWT akan selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya yang ikhlas dan berserah diri. Bagi Gimanto, ibadah haji kali ini bukan hanya tentang memenuhi kewajiban agama, tetapi juga tentang memperkuat iman, mendekatkan diri kepada Allah, dan mendapatkan ketenangan jiwa.
Di tengah lautan manusia yang berputar mengelilingi Ka'bah, Gimanto terus memanjatkan doanya, berharap agar ibadahnya diterima Allah SWT dan menjadi bekal di kehidupannya kelak. Kisah Gimanto hanyalah satu dari sekian banyak cerita mengharukan di balik momen thawaf ifadhah. Setiap jemaah haji memiliki kisahnya sendiri, perjuangannya sendiri, dan air matanya sendiri. Namun, satu hal yang pasti, momen ini menjadi puncak kebahagiaan dan pencerahan bagi mereka yang telah berhasil menyelesaikan rukun Islam kelima dengan penuh khusyuk dan keikhlasan.