Dongeng Anak Jelang Tidur

Kategori  
Membaca Awal  
Dedik Dwi Prihatmoko  
5
Dongeng  
Anak Dunia  
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN  
BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA  
2
019  
MILIK NEGARA  
TIDAK DIPERDAGANGKAN  
5
Dongeng Anak Dunia  
Penulis:  
Dedik Dwi Prihatmoko  
Ilustrator:  
Maura Handaru  
Tata letak:  
Dedik Dwi Prihatmoko  
Penyunting:  
Sri Haryatmo  
Diterbitkan oleh:  
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  
Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta  
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224  
Telepon: (0274) 562070; Faksimile: (0274) 580667  
email: balaibahasadiy@kemdikbud.go.id  
Katalog Dalam Terbitan (KDT)  
5
Dongeng Anak Dunia/ penulis, Dedik Dwi Prihatmoko;  
penyunting, Sri Haryatmo. – Yogyakarta:  
Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019  
2
4 hlm., 21 x 21 cm.  
ISBN 978-602-777-800-9  
Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau  
keseluruhan isi buku ini dilarang diperbanyak dalam  
bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.  
Isi tulisan (karangan) menjadi tanggung jawab penulis.  
KATA PENGANTAR  
KEPALA BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA  
Literasi baca-tulis merupakan suatu keniscayaan bagi siapa pun. Oleh  
karena itu, berliterasi perlu dilakukan sejak usia dini (sejak usia pramembaca).  
Agar gerakan literasi baca-tulis dapat berjalan dengan baik, diperlukan  
ketersediaan bahan bacaan yang memadai. Sehubungan dengan itu, Balai  
Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta mengambil peran untuk memperkaya  
bacaan literasi yang dilakukan dengan model penjenjangan.  
Dalam rangka menyediakan bahan bacaan secara berjenjang, pada  
tahun 2019 Balai Bahasa DIY menyelenggarakan lomba penyusunan bahan  
literasi yang dimulai dari jenjang pramembaca, membaca dini, dan membaca  
awal. Naskah hasil lomba dari ketiga jenjang itu, masing-masing diambil  
sepuluh naskah terbaik. Kemudian, diterbitkan yang hasilnya ada di hadapan  
Anda.  
Kami mengucakan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada  
semua pihak yang berperan, khususnya para penulis/penyusun (peserta  
lomba), ilustrator, penyunting, dan juga kepada panitia lomba sehingga bahan  
bacaan ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Semoga bahan bacaan ini  
menjadi bagian penting dalam pengembangan literasi baca-tulis di tanah air  
tercinta ini.  
Yogyakarta, Oktober 2019  
Dr. Pardi, M.Hum.  
Kata Pengantar  
Cerita atau dongeng yang baik mengedukasi anak untuk menjadi baik.  
Hadirnya buku 5 Dongeng Anak Dunia pun mengarah pada cerita-  
cerita yang baik. Guru dapat menebar nilai-nilai baik. Orang tua pun tak  
boleh kalah untuk menyebar nilai-nilai yang baik. Inilah alasan mengapa  
referensi buku bacaan dalam konteks bercerita sangatlah dibutuhkan  
bagi anak.  
Suntikan pemahaman yang bermuara pada value secara tidak sadar  
menstimulus anak untuk menjadi baik. Buku 5 Dongeng Anak Dunia yang  
berisikan cerita akan nilai-nilai: kejujuran, kebijaksanaan, kreatifitas,  
tolong menolong, dan sebagainya dapat menjadi alternatif pilihan buku  
bacaan keluarga dalam mengawal tumbuh kembang anak-anaknya.  
Dibaca di waktu hendak tidur atau moment libur keluarga. Mengingat  
banyaknya manfaat, value, pesan moral, bahkan hiburan yang dapat  
diterima anak dimasa hausnya anak akan tempaan ragam cerita edukatif  
penuh makna. Semoga buku ini memberikan banyak manfaat bagi anak  
maupun keluarga. Terimakasih dan selamat membaca.  
Penulis  
5
Tuah  
Tupai si Pantang Menyerah  
6
Di daerah perbukitan Pulau Jawa, terdapat kumpulan tupai pemakan buah  
kelapa. Para tupai jantan memiliki kegemaran unik yaitu meloncat dari  
ranting pohon ke ranting pohon lainnya. Sementara para tupai betina lebih  
suka merayap. Mereka tidak berani untuk meloncat.  
Tetapi berbeda dengan Tuah, tupai betina si pantang menyerah. Dia ingin  
sekali dapat meloncat. Oleh karena itu, Tuah mendatangi Eyang Tupai. Beliau  
adalah pelatih yang selama ini mengajari para tupai jantan meloncat.  
Eyang, jadikanlah aku muridmu seperti para tupai jantan itu,” pinta Tuah.  
Kamu perempuan, sudahlah tidak perlu kamu susah payah berlatih loncat  
padaku,” jawab Eyang Tupai.  
Tolonglah Eyang, aku ingin seperti para tupai jantan yang dengan mudah  
meloncat dari satu pohon ke pohon lain,” ucap Tuah dengan nada memohon.  
Eyang Tupai akhirnya merasa kasihan melihat Tuah yang begitu ingin berlatih  
melompat padanya. Eyang pun melatih Tuah sama seperti melatih tupai jantan  
lainnya.  
Hari pertama latihan menjadi hari yang cukup buruk. Tuah jatuh berkali-kali.  
Begitupun di hari kedua, ketiga, keempat, dan kelima.  
Sepekan sudah lamanya Tuah berlatih. Ia berusaha keras untuk menjadi  
peloncat seperti tupai jantan, tetapi belum ada tanda-tanda keberhasilan.  
7
Sudahlah Tuah, kau tidak usah menyiksa tubuhmu seperti ini. Terimalah  
keadaanmu seperti apa adanya.”  
Tidak Eyang, aku hanya perlu berlatih lebih keras lagi, insyaalah aku akan  
seperti tupai jantan yang dapat melompat dengan lincahnya,” ucap Tuah. Ia  
pun kembali berlatih sesuai apa yang diajarkan Eyang Tupai sebelumnya.  
Dalam hati Eyang Tupai berkata, ”Tupai betina ini sungguh pantang  
menyerah.”  
Tidak terasa, sudah dua bulan Tuah berlatih meloncat. Dan usahanya selama  
ini akhirnya membuahkan hasil. Kini Tuah sudah dapat meloncat layaknya  
tupai jantan. Dari satu pohon ke pohon lainnya ia meloncat dengan indahnya.  
Masyaalah.. Eyang kagum melihat perjuanganmu selama ini, Maafkan Eyang  
ketika dulu pernah merendahkanmu sebagai seekor tupai betina yang lemah.  
Selamat atas keberhasilanmu!” ucap Eyang Tupai, si pelatih.  
Berkat perjuangan Tuah, Eyang Tupai terketuk hatinya bahwa semua makhluk  
memiliki potensi yang sama, yang membedakan hanyalah usaha dan kerja  
kerasnya.  
Setelah kejadian itu, Eyang Tupai mulai membuka kelas latihan lompat secara  
terbuka, tanpa memandang ia tupai jantan ataukah betina, karena yang  
menentukan adalah sikap pantang menyerah dalam dirinya.  
8
Hikmah: Kegigihan dan kerja keras akan membuahkan hasil sesuai dengan apa  
yang kita inginkan.  
9
Leu  
Lebah yang Bersatu  
10  
Leu adalah lebah madu yang tinggal diperbukitan Kabupaten Batang, Jawa  
Tengah. Sebagai anak sulung dari sepuluh bersaudara, Leu berusaha untuk  
selalu menjaga kerukunan di antara adik-adiknya.  
Adik-adik Leu hampir setiap hari bertengkar. Berawal dari senda-gurau  
hingga berlanjut pada perkelahian. Melihat kejadian itu, beberapa hewan lain  
merasa terganggu akan kegaduhan yang hampir setiap hari mereka lakukan.  
Leu mencoba mencari cara untuk menyadarkan kesembilan adiknya agar  
tetap rukun. Muncullah sebuah ide. Leu mengambil satu ranting kayu dan  
sepuluh ranting kayu yang diikat menjadi satu.  
Kesembilan adiknya diminta berkumpul. Alhamdulillah tidak ada yang absen  
untuk memenuhi panggilan Leu sang kakak. ”Terimakasih atas kedatangan  
kalian adik-adikku,” ungkap Leu memulai obrolan.  
Di depan kalian ada satu ranting kayu dan satu ikat ranting kayu yang  
sengaja kakak ikat, siapa di antara kalian yang bisa mematahkan ranting-  
ranting ini?” tanya Leu pada adik-adiknya.  
“Aku mau mencobanya,” jawab adik Leu yang paling kecil.  
Untuk mematahkan satu ranting kayu, adik Leu tidak mengalami kesulitan. “Ini  
sangat mudah untuk aku lakukan,” ungkapnya.  
Setelah itu, kakak Leu menyodorkan satu ikat ranting. Berbagai cara ia  
1
1
lakukan untuk mematahkan ikatan ranting kayu. Namun, ranting itu tetap  
tidak patah. Adik Leu yang paling kecil pun menyerah dan meminta kakak-  
kakaknya yang lain untuk mencoba.  
Adik yang kedua pun ikut mencoba. Satu ranting kayu dengan mudah  
dipatahkan, namun untuk satu ikat ranting kayu dia juga mengalami kesulitan.  
Tenaga adik leu dikeluarkan sekuat-kuatnya, namun usahanya pun masih  
tetap sia-sia.  
Adik Leu yang ketiga, keempat, kelima, hingga yang kesembilan pun mencoba  
untuk mematahkan ikatan ranting kayu itu, namun semua mendapat hasil yang  
sama yakni kegagalan untuk mematahkan ranting kayu yang sudah terikat  
menjadi satu.  
Inilah yang kakak ingin bilang, hiduplah seperti ranting kayu yang terikat  
menjadi satu. Semakin kita rukun, maka semakin kuat kemampuan kita.  
Begitupun sebaliknya, ketika kita sering bertengkar maka kerapuhan yang  
akan kita dapati.  
Semua adik Leu merunduk tak dapat berkata apa-apa lagi selain  
merenungkan ucapan kak Leu tentang sikap yang selama ini mereka lakukan.  
Akhirnya, kesembilan adik Leu mulai sadar atas kekeliruan yang selama  
ini mereka lakukan. Adik-adik Leu lantas saling meminta maaf dan berjanji  
untuk tidak akan bertengkar dan marah-marahanan lagi, dengan menjaga  
hubungan baik kepada saudara maupun teman-temannya.  
12  
1
3
Tresalong  
Trenggiling sang Penolong  
14  
Di sebuah padang sabana, Kalimantan Selatan. Tinggalah seekor trenggiling.  
Trenggiling itu bernama Tresalong. Ia dikenal sebagai trenggiling yang suka  
menolong.  
Pada suatu hari, seekor harimau datang ke padang sabana. Dan dia  
membuat takut semua hewan. Kelinci, Tupai, dan Tresalong yang sedang  
bermain turut ketakutan melihat kedatangan harimau. Ketiganya  
bersembunyi di balik semak-semak.  
Suttt....jangan berisik!” kata Tupai sambil memperhatikan harimau yang  
perlahan mulai mendekat. Melihat langkah harimau yang semakin dekat.  
Tubuh Kelinci gemetar ketakutan, semak-semak tempat mereka bersembunyi  
bergoyang-goyang lantaran gerakan tubuh Kelinci yang tak bisa ditahan.  
Harimau pun melihat hal itu. Perlahan harimau mendekat ke semak-semak.  
Hei! Apa yang sedang kalian lakukan?” tanya harimau. “Tidak, kami tidak  
sedang melakukan apa-apa,” kata tupai menjawab pertanyaan si harimau.  
Baiklah, Aku lapar! Aku butuh daging segar. Apakah kalian bisa memberiku  
makanan yang aku butuhkan?” seru sang harimau kepada kelinci, tupai, dan  
Tresalong. Mendengar hal itu, kelinci dan tupai semakin ketakutan. Mereka  
pasrah dengan nasib hidupnya. Tidak ada langkah lain kecuali menanti  
harimau mencabik-cabik tubuh mereka dan menyantapnya.  
Tresalong menyadari kedua temannya ketakutan, Oleh karenanya, Tresalong  
mencoba berbicara pada harimau. “Harimau, dagingku sangat lezat, Aku mau  
memberikan dagingku kepadamu asalkan kamu mau melepaskan dua temanku  
untuk pergi dari sini,” ungkap Tresalong kepada harimau.  
Apa kamu rela dagingmu aku makan?” timpal harimau kepadanya.  
1
5
Aku rela asalkan dua temanku diizinkan pulang menyampaikan kematianku  
kepada orang tuaku,” ungkap Tresalong meyakinkan harimau.  
“Baiklah, kalau hanya itu mau mu.” pungkas Harimau.  
Kelinci dan Tupai akhirnya diperkenankan untuk pergi menyampaikan  
keinginan Tresalong. Dengan berat hati keduanya beranjak pergi  
meninggalkan Tresalong dengan Harimau. Saat dirasa cukup jauh, dan tak  
terlihat dari jangkauan mata, Tresalong segera meminta Harimau untuk  
mencicipi dagingnya.  
Harimau yang sudah sangat lapar, tak mau menunggu lama, ia segera  
mendekat dan menyergap Tresalong. Namun seketika itu Tresalong  
menggulingkan tubuhnya. Harimau tidak sadar bahwa Tresalong dapat  
mengulingkan tubuhnya dengan balutan sisik yang keras, dan membuat  
harimau kesusahan untuk memakannya.  
Berulang kali harimau mencoba menggigit tubuh Tresalong namun usahanya  
sia-sia. Yang Harimau dapatkan justru rasa sakit pada taringnya karena  
berulang kali mengigit kerasnya sisik yang menyelimuti tubuh Tresalong.  
Setelah beberapa waktu lamanya, harimau pun menyerah dan memutuskan  
untuk meninggalkan Tresalong. Harimau pun pergi dengan perut keroncongan.  
Karena ia tidak mendapat santapan daging untuk menu makan siang.  
Sementara Tresalong justru gembira karena berhasil menyelamatkan kedua  
temannya dari buruan si Harimau. Ketika Tresalong pulang, semua teman dan  
keluarga menyambut dengan penuh haru.  
Beragam ucapan terimakasih pun bersahut-sahutan datang dari Kelinci, Tupai  
dan orang tua kepada Tresalong. Tresalong pun hidup bahagia atas sikap  
penolongnya.  
16  
Hikmah: Berjiwalah sebagai penolong yang tulus dan milikilah kecerdikan  
dalam hidup untuk tujuan kebaikan. Karena dengan itu semua, kita akan mudah  
untuk membahagiakan diri sendiri maupun orang lain di sekeliling kita.  
1
7
Kebati  
Kelelawar yang baik hati  
18  
Di sebuah hutan Nusa Tenggara Barat, hiduplah sekelompok komodo, burung  
kakak tua, musang, kelelawar dan beberapa jenis hewan lainnya. Mereka  
hidup rukun dan saling berdampingan.  
Di antara penduduk hutan, ada seekor kelelawar yang terkenal baik hati.  
Kelelawar tersebut biasa dipanggil Kebati. Ia suka membantu penduduk hutan  
yang sedang mendapat kesulitan.  
Suatu malam, terdengar bibi burung kakak tua meminta tolong.  
Toloooong!! Toloooooong!! Tolooooong!!  
Mendengar hal itu kelelawar segera mendatangi bibi burung kakak tua. “Ada  
apa Bibi, malam-malam begini berteriak meminta tolong?” tanya Kebati.  
Anakku sakit dan aku tidak bisa pergi mencari obat karena cuaca di luar  
gelap,” ungkap bibi kakak tua sambil meneteskan air mata.  
Bibi kakak tua sangat sayang pada anak-anaknya. Namun ia tidak dapat  
melakukan apa-apa malam itu. Cuaca di luar gelap dan udara dinginnya tidak  
seperti hari-hari biasa. Mungkin hal itu yang menjadikan anaknya demam  
tinggi.  
Sebagai orang tua tentu bibi kakak tua sangat panik. Ia tidak dapat  
melakukan apa-apa kecuali berdoa dan meminta bantuan kepada penduduk  
hutan.  
Melihat hal itu Kebati kemudian menanyakan obat yang dibutuhkan kepada  
1
9
bibi kakak tua. “Obat yang dibutuhkan bisa diambil di mana? Biar aku yang  
mengambilnya,” tanya Kebati sambil menatap bibi kakak tua.  
Obat itu ada di perbatasan hutan. Cukup jauh tempatnya dari sini. Obat itu  
bernama daun katuk. Mustahil untuk mengambilnya di cuaca gelap seperti  
ini,” ungkap bibi kakak tua padanya.  
Tunggu sebentar! Aku akan mengambilkannya untuk anakmu, Bi.” kata Kebati  
seraya bergegas terbang untuk mencari tanaman yang dimaksud.  
Di malam yang dingin, Kebati terbang menuju perbatasan hutan. Dalam  
kegelapan, ia mengandalkan kemampuan ekolokasi yang dimilikinya. Yaitu  
mengeluarkan suara berfrekuensi tinggi untuk dipantulkan ke benda yang ada  
di sekitarnya dan dipantulkan kembali ke telingga.  
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, sampailah Kebati di perbatasan  
hutan. Ia mulai mencari daun katuk dengan kemampuan ekolokasinya.  
Setelah menemukan daun katuk yang dia cari, Kebati segera pulang, untuk  
memberikan daun itu kepada bibi kakak tua.  
Betapa senang bibi kakak tua melihat Kebati datang membawa daun katuk.  
Tanpa buang waktu, bibi kakak tua segera meramu daun katuk sebagai obat  
demam untuk anaknya. Setelah meminum ramuan obat daun katuk, anaknya  
pun sembuh.  
Pagi harinya, Bibi kakak tua berkunjung ke rumah Kebati. Bibi mengucapkan  
terimakasih dan memberikan bermacam-bermacam buah segar yang baru  
dipetiknya. Bibi kakak tua dan penduduk hutan semakin sayang pada Kebati,  
buah kepribadiannya yang baik hati.-  
20  
Hikmah: Ketika kita suka berbuat kebaikan maka orang akan memberikan  
balasan kebaikan tanpa kita sadari di awal.  
2
1
Pashol  
Panda Anak Sholeh  
22  
Di daerah perbukitan China yang dingin, hiduplah habitat panda. Dalam  
habitat tersebut, tinggalah Pashol, seekor panda kecil bersama keluarganya.  
Hari ini Pashol tampak sedih. Ia berdiam diri di bawah kerimbunan pohon  
bambu.  
Ia bangun kesiangan sehingga tidak dapat berangkat ke masjid. Ibu Pashol  
mendekati anaknya yang nampak sedih. “Ada apa, Pashol?”  
Bu, pukul aku! Hari ini aku bangun kesiangan dan tidak sholat subuh,” jawab  
Pashol sambil menundukkan kepala.  
“Mendengar ucapan itu. Ibu Pashol tersenyum. ”Lihat ibu!”  
Pashol pun secara perlahan mencoba menengadahkan kepala dan menatap  
ibunya.  
Ibu tidak akan memukulmu, ibu tahu kamu anak baik! Lupa itu wajar. Kamu  
sudah pintar karena tahu kesalahanmu,” ungkap ibu menasehati, “yang  
penting jangan diulangi lagi, Nak!” tambahnya.  
Mendengar perkataan ibunya, Pashol pun segera meminta maaf dan memeluk  
ibunya. “Sekarang hapus rasa sedihmu dan ingat, jangan tidur larut malam!  
Agar dapat bangun lebih awal. Dan segeralah ambil air wudhu setelah  
2
3
terbangun di waktu pagi dan sholatlah, Nak!” ungkap ibu.  
Pashol mengangguk mendengarkan nasihat ibunya. Segera ia mengambil air  
wudhu untuk melaksanakan sholat. Usai sholat, ia kembali kepada ibunya.  
Sholat itu ibarat balas budi. Kita bebas menghirup udara, melihat indahnya  
dunia, itu semua pemberian Allah SWT semata. Maka, sudah sepantasnya  
kita bersyukur atas karunia-Nya dengan menjalankan perintah-perintahNya  
dan menjauhi larangan-laranganNya,” ungkap ibu Pashol padanya kemudian.  
Ibu Pashol tidak bosan untuk mengingatkan. Bahwa sholat termasuk bagian  
perintah agama yang wajib hukumnya. Ibu Pashol selalu memberikan contoh  
kepada Pashol untuk menjaga sholat lima waktunya. kok  
Terimakasih ibu untuk nasihatnya. Pashol berjanji akan memperbaiki sholat  
Pashol. Pashol juga janji, tidak akan tidur terlalu malam lagi agar bisa  
bangun lebih awal bersama ayam-ayam,” ungkap Pashol dengan selipan  
tawa ringan.  
Ibu Pashol pun tertawa bahagia mendengar ucapan putranya dan dengan  
bangga memeluknya. “Ibu sayang sama Pashol,”bisik ibu padanya.  
24  
96  
Profil Penulis  
Dedik Dwi Prihatmoko, lahir di Purworejo, 26 Juli 1993. Saat ini  
ia bekerja di SD I Al Azhar 31 Yogyakarta sebagai staf pendidik  
di kelas I. Disela-sela kegiatan sekolah ia mencoba menulis buku.  
Berawal dari hobi membeli buku perlahan mengajaknya untuk  
membaca hingga menulis sebuah buku.  
Karya cerita kumpulan dongeng Fabel (binatang) ini adalah inovasi  
ke dua setelah Bianglala Acharya. Memuat pendidikan Budi  
pekerti di setiap cerita. Karena dalam benaknya anak usia KB/TK/  
RA/SD kelas dasar sangat membutuhkan pendidikan Budi pekerti  
melalui cerita.  
Kritik dan saran sangat penulis harapkan. Pembaca pun dapat  
memberikan masukan dan saran ke email : dedikdwiprihatmoko@  
yahoo.co.id, Facebook: Dedik Dwi Prihatmoko, IG : Dedik Dwi  
Prihatmoko, untuk pembelian buku: IG edushopjogja.  
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN  
BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA  
2
019  
Lebih baru Lebih lama