Keanekaragaman Bahasa di Indonesia sebagai Pemersatu Bangsa
Bahasa memiliki peran yang sangat penting sebagai alat komunikasi manusia dalam berinteraksi. Di Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan budaya, bahasa juga beragam. Namun, bahasa Indonesia memainkan peran krusial sebagai pemersatu bangsa. Berikut beberapa aspek mengenai peran bahasa Indonesia:
- Lambang Kebanggaan dan Harga Diri: Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya dan martabat bangsa. Sebagai lambang kebanggaan, bahasa ini menempatkan bangsa Indonesia setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
- Jati Diri Bangsa: Bahasa Indonesia membedakan kita dari bangsa-bangsa lain. Fungsi ini erat hubungannya dengan perannya sebagai pemersatu.
- Alat Penghubung Antar Masyarakat: Bahasa Indonesia memungkinkan komunikasi tanpa merisaukan perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa daerah.
- Simbol Penyatuan: Bahasa ini menyatukan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda di Indonesia.
Berikut Peta Bahasa di Kalimantan Tengah:
Keanekaragaman Bahasa di Indonesia sebagai Pemersatu Bangsa
Bahasa memiliki peran yang sangat penting sebagai alat komunikasi manusia dalam berinteraksi. Di Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan budaya, bahasa juga beragam. Namun, bahasa Indonesia memainkan peran krusial sebagai pemersatu bangsa. Berikut beberapa aspek mengenai peran bahasa Indonesia:
- Lambang Kebanggaan dan Harga Diri: Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya dan martabat bangsa. Sebagai lambang kebanggaan, bahasa ini menempatkan bangsa Indonesia setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
- Jati Diri Bangsa: Bahasa Indonesia membedakan kita dari bangsa-bangsa lain. Fungsi ini erat hubungannya dengan perannya sebagai pemersatu.
- Alat Penghubung Antar Masyarakat: Bahasa Indonesia memungkinkan komunikasi tanpa merisaukan perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa daerah.
- Simbol Penyatuan: Bahasa ini menyatukan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda di Indonesia.
Berikut Peta Bahasa di Kalimantan Tengah:
Bahasa Bakumpai
Bahasa Bakumpai dituturkan oleh masyarakat di Kecamatan Dusun Selatan dan Kecamatan Karau Kuala, Kabupaten Barito Selatan dan di Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Selain di Kalimantan Tengah, bahasa Bakumpai dituturkan juga di Desa Batik, Kecamatan Bakumpai dan di Desa Kuripan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Sebaran wilayah tutur bahasa ini berada di sepanjang aliran Sungai Barito sampai ke Barito Selatan, Kalimantan Tengah yang dimulai dari wilayah Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Bahasa Bakumpai di Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah, terdiri atas dua dialek, yaitu (1) dialek Balawang dengan wilayah pakai di Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, dan (2) dialek Rangga Ilung dengan wilayah pakai di Desa Rangga Ilung, Kecamatan Jenamas, Desa Kalanis, Kecamatan Dusun Hilir, dan Kelurahan Bangkuang, Kecamatan Karau Kuala, Kabupaten Barito Selatan.
Hasil penghitungan dialektometri antara bahasa Bakumpai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah dengan bahasa Bakumpai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan menujukkan persentase perbedaan sebesar 24--43% (kategori beda wicara). Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Bakumpai yang terdapat di kedua provinsi tersebut merupakan bahasa yang sama.Isolek Bakumpai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82—98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Kalimantan Tengah, misalnya dengan bahasa Banjar, dengan bahasa Maanyan, dengan bahasa Dayak Ngaju, dan dengan bahasa Bakumpai.
Bahasa Balai
Bahasa Balai dituturkan masyarakat yang tinggal di Desa Balai Riam, Kecamatan Balai Riam, Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Balai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 95,05%—98,75% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya jika dibandingkan dengan bahasa Dayak Ngaju sebesar 95,05%, dengan bahasa Dusun Kalahien 96%, dengan bahasa Uut Danum (Ot Danum) 96%; dandengan bahasa Dayak Baream 98,75%
Bahasa Banjar
Bahasa Banjar dituturkan oleh masyarakat di Desa Pematang Panjang, Kecamatan Seruyan Hilir Timur, di Desa Tanjungrangas, Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan, dan di Kelurahan Kuala Jelai, Kecamatan Jelai, Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Bahasa Banjar yang dituturkan di Kalimantan Tengah terdiri atas dua dialek, yaitu (1) dialek Pematang Panjang yang dituturkan di Desa Pematang Panjang, Kecamatan Seruyan Hilir dan di Desa Tanjungrangas, Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan. Persentase perbedaan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri antarkedua isolek tersebut sebesar 27,25% sehingga dinyatakan beda wicara; (2) dialek Kuala Jelai dituturkan di Kelurahan Kuala Jelai, Kecamatan Jelai, Kabupaten Sukamara. Persentase perbedaan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri antarisolek tersebut sebesar 74,05%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Banjar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 84%—94% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnya bahasa Banjar dengan bahasa Balai, bahasa Dayak Kapuas, bahasa Mentaya, dan dengan bahasa bahasa Sampit.
Bahasa Bayan
Bahasa Bayan dituturkan oleh masyarakat di Desa Bintang Ninggi Satu, Kecamatan Teweh Selatan, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Bayan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnyadengan bahasa Dayak Ngaju, bahasa Maanyan, dan dengan bahasa Bakumpai.
Bahasa Dayak Bara Injey
Provinsi Kalimantan TengahBahasa Dayak Bara Injey dituturkan oleh masyarakat di Desa Kota Baru, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Bara Injey merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 80% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnyadengan bahasa Dayak Ngaju sebesar 82,75% dan dengan bahasa Dayak Pulau Telo sebesar 84,75%.
Bahasa Dayak Baream
Bahasa Dayak Baream dituturkan oleh masyarakat di Desa Bajuh, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Baream merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 80% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnyaperbedaan bahasa Dayak Baream dengan bahasa Sei Dusun, dengan bahasa Katingan,dan dengan bahasa Bara Injeysebesar 91,25%, dan dengan bahasa Dayak Pulau Telo sebesar 90%
Bahasa Dayak Kapuas
Bahasa Dayak Kapuas dituturkan oleh masyarakat di Desa Pujon, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Kapuas merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 84,75%—98,75% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnyadengan bahasa Balai, dengan bahasa Dayak Bara Injey, dengan bahasa Dusun Kalahien, dengan bahasa Dayak Bara Injey, dan dengan bahasa Dayak Ngaju.
Bahasa Dayak Ngaju
Bahasa Dayak Ngaju merupakan bahasa yang dituturkan oleh sebagian besar penduduk Kalimantan Tengah. Penutur bahasa tersebut dapat dijumpai hampir di sepanjang daerah aliran sungai di Kalimantan Tengah, kecuali Kabupaten Kotawaringin Barat. Wilayah tuturnya meliputi Kabupaten Kapuas bagian tengah, Kabupaten Gunung Mas dan Pulang Pisau bagian tengah hingga ke Kota Palangkaraya, sebagian Sungai Mentaya, Kabupaten Barito Selatan bagian selatan, serta Kabupaten Katingan bagian hilir.
Bahasa Dayak Ngaju terdiri atas tiga puluh dua dialek, yakni (1) dialek Kandan yang dituturkan di Desa Kandan, Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kota Waringin Timur; (2) dialek Rantau Tampang yang dituturkan di Kelurahan Kuala Kuayan dan Desa Rantau Tampang, Kecamatan Telaga Antang, Kelurahan Mentaya Seberang, Kecamatan Seranau, dan Kecamatan Antang Kalang, Kabupaten Kotawaringin Timur; (3) dialek Parebok yang dituturkan di Desa Parebok, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur; (4) dialek Mandomai yang dituturkan di Kelurahan Mandomai, Kecamatan Kapuas Barat, Kabupaten Kapuas; (5) dialek Kalumpang yang dituturkan di Desa Kalumpang, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas; (6) dialek Tumbang Makutup yang dituturkan di Desa Tumbang Mangkutup (Tumbang Muroi),Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas; (7) dialek Pangkoh Tengah (Pangkoh Sari) yang dituturkan di Desa Pangkuh Tengah, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Kapuas (Pulang Pisau); (8) dialek Pulang Pisau yang dituturkan di Desa Anjir Pulang Pisau, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau; (9) dialek Tumbang Nusa yang dituturkan di Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau; (10) dialek Timpah yang dituturkan di Desa Timpah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas; (11) dialek Lawang Kamah yang dituturkan di Desa Lawang Kamah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas, (12) dialek Batu Puter yang dituturkan di Desa Batu Puter, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas; (13) dialek Luwuk Langkuas yang dituturkan di Desa Luwuk Langkuas, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas; (14) dialek Tumbang Jutuh yang dituturkan di Desa Tumbang Jutuh, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas; (15) dialek Bereng Rambang yang dituturkan di Desa Bereng Rambang, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Gunung Mas (Pulang Pisau); (16) dialek Bawan yang dituturkan Desa Bawan, Kecamatan Banama Tingang, Kabupaten Gunung Mas (Pulang Pisau); (17) dialek Sepang Simin yang dituturkan di Kelurahan Sepang Simin, Kecamatan Sepang, Kabupaten Gunung Mas; (18) dialek Kuala Kurun yang dituturkan di Kelurahan Kuala Kurun, Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas; (19) dialek Tewah yang dituturkan di Kelurahan Tewah, Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas; (20) dialek Kasongan yang dituturkan di Desa Kasongan (Kasongan Lama), Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan (21) dialek Petak Bahandang yang dituturkan di Desa Petak Bahandang, Kecamatan Tasik Payawan, Kabupaten Katingan; (22) dialek Baun Bango yang dituturkan di Desa Baun Bango, Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan; (23) dialek Pilang yang dituturkan di Desa Pilang, Kecamatan Kahayan Hilir (Jabiren), Kabupaten Pulang Pisau; (24) dialek Saka Kajang yang dituturkan di Desa Saka Kajang, Kecamatan Kahayan Hilir (Jabiren), Kabupaten Pulang Pisau; (25) dialek Gohong yang dituturkan di Desa Gohong, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau; (26) dialek Mangkatip yang dituturkan di KelurahanMengkatip, Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Barito Selatan; (27) dialek Tangkiling yang dituturkan di Kelurahan Tangkiling, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangkaraya; (28) dialek Kalampangan yang dituturkan di Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Sebangau, Kota Palangkaraya (29) dialek Bukit Rawi yang dituturkan di Desa Bukit Rawi, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau; (30) dialek Mungku Baru yang dituturkan di Kelurahan Mungku Baru, Kecamatan Rakumpit, Kota Palangkaraya; (31) dialek Tumbang Talaken yang dituturkan di Kelurahan Tumbang Talaken, Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas; dan (32) dialek Takaras yang dituturkan di Desa Takaras, Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas. Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 51—80,75%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Ngaju merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnyadengan bahasa Balai, Dayak Pulau Telo, Kadorih, Dayak Baream, dan Dayak Kapuas.
Bahasa Dayak Pulau Telo
Bahasa Dayak Pulau Telo dituturkan oleh masyarakat di Desa Pulau Telo, Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Pulau Telo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnya dengan bahasa Dayak Sei Dusun, Dayak Ngaju, dan Dayak Bara Injey.
Bahasa Dayak Sei Dusun
Bahasa Dayak Sei Dusun dituturkan oleh masyarakat di Desa Sei Dusun, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Kapuas Barat, Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Sei Dusun merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnya dengan bahasa Dayak Pulau Telo, Dayak Ngaju, Dusun Kalahien, Bayan, dan Dayak Bara Injey.
Bahasa Dusun Kalahien
Bahasa Dusun Kalahien dituturkan oleh masyarakat di Desa Kalahien, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dusun Kalahien merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92,25—96,25% jika dibandingkan dengan bahasa lainnya.Misalnya dengan bahasa Dayak Baream, bahasa Dayak Ngaju, dan bahasa Dayak Kapuas.
Bahasa Kadorih
Bahasa Kadorih dituturkan oleh masyarakat di Desa Tumbang Miri, Kecamatan Kahayan Hulu Utara, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kadorih merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan antara 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnyabahasa Kadorih dengan bahasa Dayak Ngaju, dengan bahasa Dusun Kalahien, dengan bahasa Maanyan, dan dengan bahasa Katingan.
Bahasa Katingan
Bahasa Katingan dituturkan oleh masyarakat di Kelurahan Pendahara, Kecamatan Tewang Sangalang Garing, Desa Buntut Bali, Kecamatan Pulau Malan, Desa Tumbang Kaman, Kecamatan Sanaman Mantikei, Kabupaten Katingan , Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Katingan di wilayah tersebut memiliki persentase perbedaan 55,75%—62,25%, yaitu pada kategori beda dialek. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa Katingan terdiri atas tiga dialek, yaitu (1) dialek Katingan Hilir yang dituturkan di Kelurahan Pendahara, Kecamatan Tewang Sangalang Garing; (2) dialek Katingan Tengah yang dituturkan di Desa Buntut Bali, Kecamatan Pulau Malan; (3) dialek Katingan Hulu yang dituturkan di Desa Tumbang Kaman, Kecamatan Sanaman Mantikei.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Katingan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnyadengan bahasa Dayak Ngaju, Lawangan, Bayan, Balai, dan dengan bahasa Dayak Pulau Telo.
Bahasa Lawangan
Bahasa Lawangan dituturkan oleh masyarakat di Desa Ampah Dua, Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Selain di Kalimantan Tengah, bahasa Lawangan juga dituturkan di oleh masyarakat yang berada di Desa Dambung Raya, Kecamatan Haruai, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.
Bahasa Lawangan, baik yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan maupun yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah adalah bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 36,11% (beda dialek). Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lawangan merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87%—97 % jika dibandingkan dengan bahasa lainnya misalnyadengan bahasa Banjar mempunyai persentase perbedaan sebesar 87%; dengan bahasa Bakumpai sebesar 94%; dan dengan bahasa Dayak Ngaju sebesar 97%.
Bahasa Maanyan
Bahasa Maanyan dituturkan oleh masyarakat di Desa Batapah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuasdan di Desa Malungai, Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah. Selain di Kalimantan Tengah, bahasa Maanyan juga dituturkan oleh masyarakat di Kalimantan Selatan, yaitu di Desa Warukin, Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong.
Di Provinsi Kalimantan Tengah, bahasa Maanyan terdiri atas dua dialek, yaitu (1) dialek Batapah yang dituturkan di Desa Batapah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas dan (2) dialek Malungai yang dituturkan di Desa Malungai, Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito Utara. Persentase perbedaan antara kedua dialek tersebut sebesar 70,05%. Bahasa Maanyan yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Selatan adalah bahasa yang sama karena keduanya hanya mempunyai persentase perbedaan sebesar 48% (beda subdialek).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Maanyan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87%—98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnyapersentase perbedaan bahasa Maanyan dengan bahasa Banjar sebesar 95%; dengan bahasa Lawangan sebesar 92%; dengan bahasa Katingan sebesar 96%; dengan bahasa Sampit sebesar 91%; dengan bahasa Bakumpai sebesar 94%; dan dengan bahasa Dayak Ngaju sebesar 95,75%.
Bahasa Melayu
Bahasa Melayu di Kalimantan Tengah dituturkan di sebagian wilayah Kabupten Kotawaringin Barat. Bahasa Melayu di Kalimantan Tengah juga dituturkan di Kelurahan Mendawai, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat; Desa Sungai Konyer, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat; Kelurahan Kotawaringin Hulu, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat.
Bahasa Melayu Kalimantan Tengah terdiri atas tiga dialek, yaitu (1) dialek Mendawai, (2) dialek Kumai (Sei Konyer) dan (3) dialek Kotawaringin Hulu. Dialek Mendawai dituturkan di Kelurahan Mendawai, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat; dialek Kumai (Sei Konyer) dituturkan di Desa Sungai Konyer, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat; dialek Kotawaringin Hulu dituturkan di Kelurahan Kotawaringin Hulu, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antardialek menunjukkan beda dialek yang berkisar 51%—80%. Sementara itu, isolek Melayu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa Banjar, Bayan, dan Maanyan.
Bahasa Mentaya
Bahasa Mentaya dituturkan oleh masyarakat di Desa Tewei Hara, Kecamatan Mentaya Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mentaya merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89%—95,75% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnyabahasa Mentaya dengan bahasa Dayak Ngaju memiliki persentase perbedaan 90,25%, dengan bahasa Tamuan sebesar 89%, dengan bahasa Maanyan sebesar 92%, dan dengan bahasa Tawoyan sebesar 94%.
Bahasa Pembuang
Bahasa Pembuang dituturkan oleh masyarakat di sekitar daerah aliran Sungai Pembuang bagian tengah dan selatan, yaitu di Desa Batu Menangis, Kecamatan Seruyan Tengah, Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah.
Isolek Pembuang merupakan sebuah bahasa karena memiliki persentase perbedaan antara 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa lain, misalnya dengan bahasa Banjar, Dayak Ngaju, Bayan, dan Kadorih.
Bahasa Sampit
Bahasa Sampit dituturkan oleh masyarakat di Desa Bagendang Hilir, Kecamatan Mentaya Hilir Utara dan Kelurahan Baamang Hilir, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.
Isolek Sampit merupakan sebuah bahasa karena memiliki persentase perbedaan antara 81%—100%jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnyadengan bahasa Tamuan, bahasa Banjar, bahasa Mentaya, dan dengan bahasa Dayak Ngaju.
Bahasa Tamuan
Bahasa Tamuan dituturkan oleh masyarakat di Desa Tehang, Kecamatan Parenggean dan Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur; serta di Kelurahan Nanga Bulik, Kecamatan Bulik, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah.
Bahasa Tamuan terdiri atas dua dialek, yaitu (1) dialek Tehang yang dituturkan di Desa Tehang, Kecamatan Parenggean dan di Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu dan (2) dialek Nanga Bulik yang dituturkan di kelurahan Nanga Bulik, Kecamatan Bulik. Persentase perbedaan antardialek tersebut sebesar 73,05%.
Sementara itu, berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tamuan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—97% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnya dengan bahasa Dayak Ngaju, bahasa Banjar, dan dengan bahasa Mentaya.
Bahasa Tawoyan
Bahasa Tawoyan dituturkan oleh masyarakat di Desa Pepas, Kecamatan Montallat, Barito Utara, daerah perbatasan Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Bahasa Tawoyan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya dengan bahasa Bakumpai, bahasa Banjar, bahasa Bayan, dan bahasa Berangas.
Bahasa Tawoyan
Bahasa Tawoyan dituturkan oleh masyarakat di Desa Pepas, Kecamatan Montallat, Barito Utara, daerah perbatasan Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Bahasa Tawoyan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya dengan bahasa Bakumpai, bahasa Banjar, bahasa Bayan, dan bahasa Berangas.
sumber: https://petabahasa.kemdikbud.go.id/