JAKARTA. Politik adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Politik menentukan arah dan kebijakan pembangunan yang berdampak pada kesejahteraan rakyat. Politik juga menentukan siapa yang berhak memimpin dan mewakili rakyat di berbagai tingkat pemerintahan.
Namun, politik tidak hanya soal kekuasaan dan kesejahteraan. Politik juga soal moralitas dan adab. Moralitas dan adab adalah nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh para elit politik, baik sebagai calon maupun sebagai pemegang jabatan publik. Moralitas dan adab adalah cerminan dari karakter, integritas, dan tanggung jawab para elit politik.
Sayangnya, moralitas dan adab seringkali terabaikan dalam praktik politik di Indonesia. Banyak elit politik yang terlibat dalam kasus korupsi, penyalahgunaan wewenang, pelanggaran hukum, atau perilaku tidak terpuji lainnya. Banyak elit politik yang saling serang, fitnah, atau hina di media massa atau media sosial. Banyak elit politik yang tidak menjaga etika, sopan santun, atau kesantunan berbahasa.
Hal ini tentu saja merugikan bangsa dan negara. Moralitas dan adab yang rendah akan menurunkan kualitas kepemimpinan dan kebijakan publik. Moralitas dan adab yang rendah akan menimbulkan ketidakpercayaan dan kekecewaan rakyat terhadap para elit politik. Moralitas dan adab yang rendah akan mengancam persatuan dan kebhinnekaan bangsa.
Oleh karena itu, para elit politik harus menyadari bahwa moralitas dan adab adalah hal yang sangat penting dalam politik. Para elit politik harus menjaga moralitas dan adab mereka dalam setiap langkah dan tindakan mereka. Para elit politik harus menjadi contoh dan teladan bagi rakyat dan generasi muda.
Hal ini sesuai dengan pesan dari Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto, yang mengingatkan bahwa moralitas dan adab elit politik bakal diingat rakyat dan sejarah. Dalam sebuah wawancara dengan Tribunnews.com, beliau mengatakan:
Politik bukan hanya persoalan bagaimana para pelakunya meraih kekuasaan, yang digunakan untuk menyejahterakan rakyat. Tapi proses untuk duduk di kursi kekuasaan pada jenjang apapun, harus menampakkan moralitas ataupun adab.
Chriswanto juga mengkritik perilaku elit politik yang tidak etis, seperti kampanye hitam, fitnah, atau provokasi. Ia menyarankan agar para elit politik lebih fokus pada pemaparan program kerja yang bermanfaat bagi rakyat, daripada saling menjatuhkan lawan politiknya.
Ketika Mahkamah Konstitusi memutuskan kampanye diperbolehkan fasilitas pemerintah, tempat ibadah dan tempat pendidikan, artinya potensi kampanye hitam yang memecah belah bangsa kian besar,” kata KH Chriswanto.
"Jangan tebang pilih, menegakkan aturan hanya kepada parpol gurem atau oposisi, namun menutup mata saat parpol besar melakukan kampanye hitam,” tegas KH Chriswanto.
Beliau juga mengajak generasi muda untuk tidak apatis terhadap politik, tetapi justru aktif berpartisipasi dalam proses demokrasi. Beliau mengatakan bahwa politik adalah pondasi penting dalam menyusun kebijakan dalam berbangsa dan bernegara.
"Generasi muda pada umumnya apatis dengan politik. Padahal politik merupakan pondasi penting dalam menyusun kebijakan dalam berbangsa dan bernegara,” ujar KH Chriswanto yang pernah menjadi politisi Golkar Jawa Timur itu.
Moralitas dan adab elit politik adalah hal yang tidak bisa diabaikan dalam politik. Moralitas dan adab elit politik akan menentukan kredibilitas, kinerja, dan citra mereka di mata rakyat dan sejarah. Moralitas dan adab elit politik akan menentukan nasib bangsa dan negara di masa depan.
Pemilu adalah pesta demokrasi untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin bangsa, menurutnya pesta tersebut jangan sampai justru merusak persatuan dan kebhinnekaan bangsa, “Sebagai kompetisi, para politisi harus menyikapinya dengan menarik perhatian rakyat. Jadikan parpol Anda bagian dari rakyat, memahami masalah rakyat dan mencari solusi,” ungkap KH Chriswanto.
KH Chriswanto menegaskan, LDII secara institusi netral aktif tapi mempersilahkan warganya untuk aktif di dalam partai politik dengan koridor adab dan moralitas, serta selalu menjaga etika dalam berpolitik.