Bukber di Ponpes Wali Barokah LDII, NU Kota Kediri Ungkap Husnul Mu’asyaroh

Bukber Ponpes Wali Barokah LDII, NU Kota Kediri Ungkap Husnul Mu’asyaroh


Kediri (13/4). Pondok Pesantren Wali Barokah, Kota Kediri, Jawa Timur, kembali menyelenggarakan buka puasa bersama dan pemberian santunan kepada 100 anak yatim dan 700 paket sembako kepada keluarga tidak mampu yang berada di Kelurahan Burengan, Banjaran, dan sekitarnya (12/4).

Pengasuh Ponpes Salafiyyah Bandar Kidul KH. Abu Bakar Abdul Jalil atau Gus Ab, dalam tausiyahnya menuturkan keberhasilan Kota Kediri menjadi kota yang sangat toleran, guyub, rukun, dan selalu menghargai antara satu dengan yang lain, karena menjalankan etika akhlak yang sering disebut dengan husnul mu’asyaroh.

“Artinya dalam menjalin hubungan kerja sama dengan siapapun, kita sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup tanpa keterlibatan orang lain,” jelasnya.

Gus Ab, sapaan akrab KH. Abu Bakar Abdul Jalil bersyukur dalam acara tersebut dihadiri berbagai elemen masyarakat. Mulai ulama, umaro, tokoh agama, lintas agama, anak yatim dan dhuafa. Lalu, ia menceritakan kisah hidupnya, saat usia enam tahun telah yatim. Ia mengingat, bahagianya bila menerima pemberian dan perhatian dari orang lain.

“Saya masih ingat betul siapa-siapa yang memberi santunan ke saya. Maka apa yang dilakukan oleh Ponpes Wali Barokah sore hari ini semoga selalu diingat oleh anak-anak yatim kita,” katanya yang disambut tepuk tangan hadirin.

Gus Ab yang juga Ketua Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Kediri mengingatkan kepada masyarakat, agar senantiasa menyadari tentang pentingnya husnul mu’asyaroh, “Kota Kediri selama 10 tahun dipimpin Mas Abu tentunya banyak lika-liku dinamika yang dijalani. Maka dalam pepatah jawa mengatakan ojo dumeh, isoho rumongso, ojo rumongso iso,” lanjutnya.

Mengutip salah satu hadits Nabi, Gus Ab menjelaskan bahwa tegaknya dunia ditopang oleh emapt hal: yang pertama ilmunya para ulama, yang itu penting untuk diserap dan dipelajari. Apalagi Kota Kediri termasuk salah satu sumbernya pondok pesantren, “Maka ilmunya ulama mengalir dari pondok Wali Barokah, Wahidiyah, Lirboyo, Al Amien, Al Husna, dan lain-lain,” tutur Gus Ab.

Kedua bi adlil umaro, yaitu wali kota, camat, lurah, dan segenap para pimpinan harus bersikap yang adil. Yang ketiga dermawannya orang yang kaya. Jika kita memiliki harta materi yang lebih, maka harus mempunyai kepekaan sosial, mau berbagi dengan lingkungan sekitar, “Yang keempat adalah doanya orang-orang fakir. Orang fakir itu doanya lebih mustajab karena lebih khusyu’, tidak banyak memikirkan hal yang dipunyai,” candanya.

Di akhir tausiyahnya, Gus Ab berpesan agar tetap menjaga kebersamaan dan kerukunan. Ia juga menyampaikan terima kasih dan mendoakan, semoga kepemimpinan Abdullah Abu Bakar sebagai Wali Kota Kediri diakhiri dengan baik, kepemimpinan yang husnul khotimah.

Tak lupa Gus Ab juga mensyukuri dan mengapresiasi langkah Ponpes Wali Barokah dalam memberikan santunan kepada anak yatim dan dhuafa. “Semoga niat baik Wali Barokah senantiasa mendapatkan ridho dari Allah SWT, Amiiin,” serunya. (Mzdha)

Post a Comment

Previous Post Next Post