Tadarus Kebangsaan LPOI, Deputi VIII BIN: Indonesia Takdirnya Plural Direkatkan oleh Gotong-Royong

Tadarus Kebangsaan LPOI, Deputi VIII BIN: Indonesia Takdirnya Plural Direkatkan oleh Gotong-Royong


Jakarta (26/3). Indonesia ditakdirkan plural, hal itu disampaikan Deputi VIII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan H. Purwanto pada Tadarus Kebangsaan LPOI, di Hotel Royal Indonesia, Jakarta, pada Sabtu (25/3). Namun pluralisme tersebut bisa berjalan seiring, dengan adanya sikap gotong royong di lingkup masyarakat malah menyatukan dan menciptakan toleransi antarwarga.

Pembauran tersebut tidak menciptakan bertentangan, namun saling membantu, saling mendukung, saling menghargai, memahami, dan tidak menjatuhkan. Meskipun dalam beberapa hal, mudah diucapkan, tapi sulit dilakukan.

Penerimaan perbedaan menjadikan eksistensi kehidupan jadi lebih indah. “Berjiwa besar, menjadikan hal itu rukun, kebersamaan yang cepat terpecah, sulit untuk diperbaiki. Ibaratnya bagaimana membuat gelas tidak pecah, jika pecah maka dikumpulkan ada keretakan,” ujar Wawan.

Ada simbiosis mutualisme dalam kehidupan bernegara, tantangan pemimpin masa depan adalah membuat perbedaan ini bersatu. “Kita harus optimis menghadapi krisis,” imbuhnya. Indonesia memiliki filosofi mikul dhuwur mendem jero artinya menghadapi krisis dalam negeri memikul tinggi dan menanam dalam jasa pahlawannya. Sehingga memiliki kepercayaan pada pemimpinnya.

Optimisme menghadapi krisis, pemimpin bukannya takut menghadapi kenyataan. “Dengan optimis, yang akan mengalir adalah pikiran positif,” ujar Wawan. Cermin ketangguhan pemimpin membawa kebersamaan, dan seiring dengan itu semua, bagaimana menjalin komunikasi yang baik.

Menurut Wawan lagi, pemimpin harus mampu mengendalikan diri, sabar, emosi pun stabil untuk kebersamaan membentuk kebudayaan yang berasas demokrasi.

Pemimpin juga jangan sampai mengingkari hak asasi, jika seseorang tidak dihargai, rasa trust atau percaya itu hilang. Karena itu multikultural yang dimiliki Indonesia harus disadari, dengan demikian mampu mengakomodasi semua kepentingan.

Nilai budaya dan etos kebersamaan, kesederajatan, penghargaan atas keyakinan, serta memberikan kesempatan pada semua pihak. “Meski tidak mudah, diplomasi penting,” tutur Wawan. Sembari menjaga keseimbangan itu, perlu menyediakan sumberdaya dan sumberdaya manusia yang kuat, juga menjaga sistem ekonomi yang baik

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama