Ketua Umum LDII Ajak Para Pemimpin Jadikan Ramadhan Benahi Moral Bangsa

 

Jakarta (21/3). Ketika membicarakan masalah moral bangsa, kebijakan dari pemerintah tentunya sangat mempengaruhi kondisi negara. Namun, sebagai individu warga negara juga harus mengambil peran dengan membangun moral dan karakter diri dalam kehidupan sehari-hari.

Pada pemberitaan akhir-akhir ini, pejabat negara dan keluarganya terungkap memiliki kekayaan yang jauh di atas pendapatannya. Ini nampak dari postingan mereka di akun medsos mereka memamerkan kekayaan tanpa rasa risih. Bahkan termasuk kerabat mereka. Dalam konteks flexing, seharusnya mereka bisa menjaga sikap agar tidak terjebak pada kebiasaan yang merugikan diri dan bahkan orang lain.

“Sangat tidak bijak memamerkan kekayaan atau flexing di tengah ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja. Seolah-olah pejabat negara tidak peduli kondisi rakyatnya. Ini bukan perilaku yang elok,” tutur Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso.

Menurut KH Chriswanto, krisis ekonomi global, runtuhnya perbankan di Amerika Serikat, hingga perang di Ukraina, berdampak pada ekonomi dunia termasuk Indonesia, “Meskipun kondisi  Indonesia tidak separah negara-negara lain, karena konsumsi masyarakat mampu menggerakkan ekonomi nasional,” ungkapnya. 

Menjadi masalah ketika masyarakat yang menggerakkan ekonomi melihat pejabat bergelimang harta, lalu memamerkan kekayaannya, “Uniknya kasus-kasus ini terungkap ke publik bukan karena audit internal atau gerakan KPK, tapi terungkap setelah kerabat mereka pamer kekayaan atau berbuat kriminal. Ini sangat memprihatinkan,” tegas KH Chriswanto.

Menanggapi fenomena hedonisme pejabat publik itu, KH Chriswanto mengajak bangsa Indonesia menjadikan Ramadan sebagai upaya membersihkan diri, “Ini puncak ibadah, pembersihan diri dari dosa sehingga pada saat Idul Fitri sudah menjadi manusia yang suci kembali. Dan tentu saja diikuti oleh perubahan mental, moral dan akhlak menjadi lebih baik,” papar KH Chriswanto. 

Menurutnya, pejabat publik dan keluarganya serta masyarakat Indonesia jangan sampai terlena dengan harta benda mereka, “Kesombongan akibat kepemilikan harta, membuat orang lupa untuk berbagi, bersedekah, bahkan pada satu titik menjadi sombong dan melupakan syukur kepada Allah. Inilah pintu menuju kehancuran peradaban manusia. Sejarah mengajarkan hal itu dengan baik,” tambahnya. 

Agar Ramadan menjadi pemicu perubahan mental spiritual, ia mengajak umat Islam menjalankan “5 Sukses Ramadan”, yakni sukses puasa, salat tarawih, tadarus Alquran, meraih lailatul qodar, dan melaksanakan zakat fitrah. Menurutnya, lima sukses Ramadan merupakan ihtiar atau upaya meningkatkan kualitas keimanan, sekaligus meraih keridaan Allah, “Lima hal itu, memungkinkan kita menjalani puasa dengan khusuk dan ikhlas, sekaligus memperkuat iman kita dalam melawan hawa nafsu,” imbuh KH Chriswanto. 

Senada dengan Ketua Umum DPP LDII, Sekretaris Umum DPP LDII Dody Taufik Wijaya mengatakan, “5 Sukses Ramadan” merupakan program yang kerap disuarakan oleh para ulama, “Kami menegaskannya lagi dalam bentuk program bagi warga LDII dan seluruh umat Islam. Agar Ramadan menjadi pengubah sikap mental, moral dan akhlak kita, dalam menghadapi problematika kebangsaan,” ujar Dody. 

Menurutnya, menjadi keprihatinan semua pihak ketika bangsa Indonesia sedang berjuang melewati beragam masalah yang dipicu pandemi, perang, hingga krisis perbankan internasional. Namun, ada sebagian kecil kerabat pejabat publik, justru tidak menghiraukan nasib orang lain.

"Mereka pamer kekayaan di tengah buruh yang sedang menghadapi PHK, karena pasar ekspor mengalami krisis. Ataupun masyarakat bawah yang menghadapi inflasi, harus melihat pameran kekayaan. Ini menunjukkan tidak adanya simpati, empati, dan tenggang rasa,” tutur Dody. 

Padahal bangsa Indonesia, menurut Dody memiliki warisan luhur berupa gotong-royong, saling menghargai, tenggang rasa, dan memiliki empati yang tinggi. Hedonisme yang dipamerkan di media sosial, merupakan lampu kuning bahwa bangsa ini sedang menghadapi dekadensi moral dan akhlak, “Ramadan ini merupakan pijakan agar berubah menjadi lebih baik, kembali ke nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia.

Ketua LDII Kotawaringin Timur Dasuki SPd menambahkan bahwa Ramadhan adalah bulan suci bagi umat Islam. Selama bulan ini, umat Islam diwajibkan berpuasa dan meningkatkan ibadah-ibadah lainnya. "Ramadhan bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga selama siang hari, tetapi juga memberikan pelajaran dan hikmah bagi kehidupan sehari-hari, termasuk dalam meningkatkan moral bangsa," ungkapnya.

Menurutnya, moral bangsa yang baik dapat dicapai dengan adanya sikap disiplin, toleransi, dan keikhlasan. Selama bulan Ramadhan, umat Islam diwajibkan untuk meningkatkan kepatuhan terhadap perintah Allah dan meninggalkan segala bentuk perilaku negatif. Puasa juga menjadi pengingat dan pembina karakter positif yang diperlukan untuk memperbaiki moral bangsa.

"Selama bulan Ramadhan juga terdapat pembagian zakat dan sedekah yang menjadi simbol penting dari kemanusiaan. Hal ini dapat menjadi pelajaran bagi kita untuk mempererat ikatan sosial dengan tetangga dan masyarakat sekitar, serta merawat kebaikan dalam diri kita," pungkasnya.

Post a Comment

Previous Post Next Post