LDII Mimika Hadiri Undangan MUI, Diskusi Permasalahan Bangsa

ldii mimika


Mimika LDII. DPD LDII Kabupaten Mimika menghadiri undangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Mimika dalam rangka silaturahim dan pengarahan Ketua MUI setempat. Acara berlangsung di ruang rapat aula Gedung Serbaguna Masjid Agung Babussalam, pada Minggu (8/5).

Dalam kesempatan itu, LDII menyampaikan pandangannya terkait permasalahan yang terjadi di Indonesia yang begitu kompleks dan cenderung pada pelecehan agama, LDII berinisiatif untuk berdiskusi dengan MUI untuk mendapatkan solusi yang tepat untuk generasi muda bangsa.

Kondisi tersebut mendorong MUI Kabupaten Mimika bersama ormas-ormas Islam yang ada di Kabupaten Mimika menggelar silaturahim dan rapat penguatan dai, khatib serta mubaligh. Diagendakan pula evaluasi kegiatan dakwah Ramadan 1443 H.

Ketua MUI Mimika KH. Muhammad Amin berpesan, agar para dai, khatib, dan mubaligh harus terus membentengi umat Islam dari dampak penistaan agama, yang semakin hari semakin marak terjadi dan merusak tatanan toleransi yang telah terbangun selama ini.

“MUI mengharapkan, tidak boleh ada pembiaran tentang hal ini, karena akan berakibat dan merusak ketertiban umum,” kata KH Amin.

Sebagai seorang dai, lanjutnya, harus dapat memberikan pemahaman tentang paham radikalisme yang menyesatkan serta aktif memberikan informasi kepada umat.

“Hal ini untuk mengetahui bahwa tidak atau belum ada masjid di Timika yang terpapar paham radikal. Bagi ormas-ormas Islam yang ada di Mimika juga dapat menjadi fungsi kontrol bagi umat Islam yang sudah mulai goyah agar selalu dan tetap berpegang teguh pada Alquran dan Alhadist,” lanjutnya.

Dari beberapa contoh kasus penistaan agama yang telah ditangani pihak berwenang di beberapa daerah di Indonesia, haruslah menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam.

“Jangan sampai terjadi lagi dan dijaga agar tidak masuk dan berkembang di Kabupaten Mimika. Umat Islam harus berhati-hati terhadap banyaknya paham keagamaan yang mengatasnamakan ahlusunnah wal jamaah, yang pada hakikatnya memusuhi jamaah karena bukan bagian dari kelompok atau jamaah mereka,” tandasnya.

Sedangkan, untuk meningkatkan kapasitas keilmuan para khatib, dai dan mubaligh, ia kembali berpesan bahwa ilmu itu harus terus diasah dan ditingkatkan.

“Kami haruslah banyak-banyak belajar, karena menjadi hal yang penting mengingat tingkat pemahaman jamaah sekarang ini sudah semakin maju atau pintar,” tutupnya. (LINES/Wicak)

Post a Comment

Previous Post Next Post