Suatu kali, seorang tukang bangunan sempat berkomentar kepada pemilik rumah seorang warga LDII, "Unik ya, ampe ke WC pun diatur di LDII." Bagi sebagian orang, komentar ini mungkin terdengar aneh. Namun, hal tersebut mengungkapkan sebuah prinsip dasar yang diterapkan oleh Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), yakni menjaga kesucian dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal yang sering dianggap sepele seperti pembuatan kamar mandi.
Awalnya, penulis sendiri sempat merasa heran ketika pertama kali bergabung dengan LDII. Kenapa kamar mandi harus ada standar tertentu? Setelah mendapat penjelasan dari pengurus LDII, barulah penulis memahami bahwa ini bukanlah sekadar soal kenyamanan atau kebiasaan semata, tetapi lebih kepada kehati-hatian untuk menjaga kesucian, terutama dari najis.
Standar Kamar Mandi LDII: Mengutamakan Kebersihan dan Kesucian
Bagi LDII, menjaga kesucian tempat ibadah adalah hal yang sangat penting. Hal ini dijelaskan langsung oleh Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, dalam sebuah diskusi ringan dengan insan pers di kantor DPP LDII Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, beliau menegaskan bahwa LDII menerapkan standar khusus dalam pembuatan kamar mandi untuk menjaga kesucian tempat ibadah umat Islam. Menurutnya, menjaga badan agar terhindar dari najis merupakan salah satu keutamaan dalam mengerjakan ibadah shalat.
"LDII sangat menjaga kesucian tempat ibadah. Salah satunya dengan menerapkan standar dalam pembuatan kamar mandi," ujar Chriswanto Santoso, yang juga disampaikan melalui tayangan di kanal YouTube LDII TV.
Konsep Unik: Kamar Mandi dengan Kemiringan Lantai
Salah satu aspek yang membedakan standar kamar mandi LDII adalah kemiringan lantainya. Kamar mandi standar LDII memiliki kemiringan maksimal 5 cm per meter. Hal ini bertujuan agar air yang digunakan untuk membersihkan najis, seperti air seni, dapat mengalir dengan lancar dan tidak menggenang di lantai. Adanya selokan kecil di dalam kamar mandi juga membantu agar air mengalir dengan lebih cepat, sehingga najis dapat segera dibuang dan tidak mengotori area sekitarnya.
"Ini adalah konsep untuk menjaga kesucian, tetapi bukan bermaksud menghakimi orang yang masuk tidak suci, tidak. Sumber najis itu kan dari air seni dan tinja, maka kami membuat konsep ini agar begitu orang siram, airnya mengalir, dan kesuciannya tetap terjaga," ujar Chriswanto lebih lanjut.
Lantai yang Tidak Licin: Faktor Keamanan dan Kebersihan
Selain kemiringan lantai, faktor lain yang juga diperhatikan dalam desain kamar mandi LDII adalah tekstur lantainya. Lantai kamar mandi LDII dirancang agar tidak licin. Hal ini penting, terutama mengingat bahwa lantai yang miring dapat menambah risiko tergelincir. Dengan lantai yang tidak licin, selain menjaga kenyamanan, juga membantu memastikan keselamatan orang yang menggunakannya.
Membangun Kebiasaan yang Berlandaskan Kesucian
Standar kamar mandi yang diterapkan oleh LDII ini tidak hanya soal teknis bangunan, tetapi juga mencerminkan komitmen untuk menjaga kesucian dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini menggambarkan bagaimana setiap elemen dalam kehidupan umat Islam, termasuk tempat yang digunakan untuk membersihkan diri, harus memenuhi standar kebersihan yang tinggi agar ibadah, seperti shalat, dapat dilakukan dengan penuh kekhusyukan.
Namun, yang perlu dipahami adalah bahwa standar ini bukan untuk menghakimi atau menyalahkan cara orang lain menjaga kebersihannya. Ini lebih kepada usaha untuk menjaga kebersihan dan kesucian tubuh dan lingkungan agar ibadah dapat terlaksana dengan sempurna.
Penerapan standar pembuatan kamar mandi yang ketat oleh LDII adalah bagian dari upaya menjaga kesucian umat Islam, terutama dalam menjalankan ibadah shalat. Melalui desain kamar mandi yang cermat, seperti kemiringan lantai, selokan air, dan lantai yang tidak licin, LDII ingin memastikan bahwa najis tidak mengganggu kebersihan dan kenyamanan anggota dan umat Islam pada umumnya. Sebuah konsep yang sederhana namun penuh makna, yang melibatkan perhatian terhadap setiap detail untuk menjaga kesucian dalam kehidupan sehari-hari.