Dalam kesempatan itu, Ketua DPW LDII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Atus Syahbudin mengungkapkan bahwa pohon merupakan sumber kehidupan dan penghidupan. “Lantaran pohon kita bisa tetap hidup. Sarana menghasilkan oksigen, air, dan udara yang sejuk, serta naungan yang nikmat,” ungkapnya.
Ia juga berujar, dari segi sumber penghidupan, dari pohon bisa meningkatkan taraf perekonomian. “Seperti kemandirian ecoprint yang bisa dijual, per lembar bisa 200 ribu rupiah,” jelasnya.
Ecoprint yang dihasilkan Omah Fatma yang turut dipamerkan dalam acara itu, mengaplikasikan daun dan bunga di atas kain untuk dijadikan motif. Teknik pengerjaan yang digunakan ecoprint, di antaranya yaitu pounding (pukul), steaming (kukus), dan boilling (rebus).
Dalam kesempatan itu, LDII melakukan penanaman pohon kepel dengan filosofi rukun dan kompak. “Menyatukan tekad bersatu dalam dakwah bil haal, dengan penanaman pohon ataupun dakwah yang lainnya,” ungkap Atus.
Sementara itu, Kepala Biro Bina Mental Spiritual DIY Djarot Margiantoro mengungkapkan, penanaman pohon filosofi merupakan bagian peradaban yang membanggakan. Peristiwa ini merupakan wujud kesadaran dan kepedulian masyarakat, mengenai nilai penting upaya pemulihan sumber daya hutan melalui penanaman pohon.
“Yang ditanam hari ini, merupakan pohon yang menyimpan nilai folosofis, ekonomis dan estetis, serta mengandung makna dan harapan khusus,” ujarnya.
Yogyakarta, memiliki pohon filosofi seperti pohon gayam, pohon tanjung, pohon pakel, pohon jambu darsana dan pohon kemuning. “Menyatu dalam filosofi Yogyakarta, yang menggambarkan dari mana manusia berasal dan kemana manusia akan pergi menuju keabadian,” ungkapnya.
Untuk itu, ia mengapresiasi gerakan yang dilaksanakan oleh LDII ini. “Mari kita terus bergerak, karena gerakan amal solih sebab datangnya berkah dari langit dan bumi,” ucapnya bersemangat. (kim/*)