Islam didirikan atas 5 ( lima ) perkara, sebagaimana sabda Rosululloh SAW
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ عَلَى أَنْ يُعْبَدَ اللَّهُ وَيُكْفَرَ بِمَا دُونَهُ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau berkata: "Islam didirikan di atas lima dasar: Yaitu agar Alloh disembah dan agar selainnya dikufurkan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji di Baitullah, dan berpuasa Ramadlan."
Dan salah satu 5 perkara tersebut adalah SHALAT. Sejak peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW, ibadah shalat 5 waktu ( Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya' ) menjadi kewajiban bagi setiap muslim yang baligh untuk mengerjakannya. Kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan di kapan waktu dan kondisi apapun, terkecuali dengan syarat - syarat yang telah disebutkan oleh Rosululloh SAW.
عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ الْكُفْرِ إِلَّا تَرْكُ الصَّلَاةِ
Dari Abu Jubair dari Jabir dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; " Tidak ada perbedaan antara hamba dengan kekufuran, kecuali meninggalkan shalat."
Hendaknya mengerjakan sholat telah diajarkan kepada anak - anak sejak dini, agar mereka memahami tata cara ibadah sholat.
عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ الرَّبِيعِ بْنِ سَبْرَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِّمُوا الصَّبِيَّ الصَّلَاةَ ابْنَ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا ابْنَ عَشْرٍ
عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ الرَّبِيعِ بْنِ سَبْرَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِّمُوا الصَّبِيَّ الصَّلَاةَ ابْنَ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا ابْنَ عَشْرٍ
Dari Abdul Malik bin Ar Rabi' bin Sabrah dari Ayahnya dari Kakeknya ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ajarkanlah shalat kepada anak-anak diumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika meninggalkan shalat di umur sepuluh tahun." Jami' At-Tirmidzi No. 372
Anak - anak diberi tuntunan dan pemahaman bahwa Sholat harus dikerjakan secara khusyu' dan tuma'ninah. Pendidikan dan pembinaan tersebut dapat menumbuhkan karakter muslim yang taat beribadah.
Anak - anak diberi tuntunan dan pemahaman bahwa Sholat harus dikerjakan secara khusyu' dan tuma'ninah. Pendidikan dan pembinaan tersebut dapat menumbuhkan karakter muslim yang taat beribadah.
Kepada anak - anak agar juga dilatih untuk membiasakan mengerjakan shalat secara ber jamaah. Ayah memberi contoh menjadi IMAM saat shalat berjamaah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَضْلُ الْجَمَاعَةِ عَلَى صَلَاةِ أَحَدِكُمْ وَحْدَهُ خَمْسٌ وَعِشْرُونَ جُزْءًا
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Keutamaan shalat berjama'ah dibadingkan shalat seseorang di antara kalian dengan sendirian adalah dua puluh lima bagian." Sunan Ibnu Majah No. 779
Ayah, sebagai pemimpin dalam keluarga melatih diri menjadi IMAM shalat. Memperhatikan dalam bacaan shalat supaya baik dan benar.
عَنْ أَوْسِ بْنِ ضَمْعَجٍ قَال سَمِعْتُ أَبَا مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيَّ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَكْبَرُهُمْ سِنًّا وَلَا يُؤَمُّ الرَّجُلُ فِي سُلْطَانِهِ وَلَا يُجْلَسُ عَلَى تَكْرِمَتِهِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Keutamaan shalat berjama'ah dibadingkan shalat seseorang di antara kalian dengan sendirian adalah dua puluh lima bagian." Sunan Ibnu Majah No. 779
Ayah, sebagai pemimpin dalam keluarga melatih diri menjadi IMAM shalat. Memperhatikan dalam bacaan shalat supaya baik dan benar.
عَنْ أَوْسِ بْنِ ضَمْعَجٍ قَال سَمِعْتُ أَبَا مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيَّ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَكْبَرُهُمْ سِنًّا وَلَا يُؤَمُّ الرَّجُلُ فِي سُلْطَانِهِ وَلَا يُجْلَسُ عَلَى تَكْرِمَتِهِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ
Dari Aus bin Dlam'aj ia berkata; "Aku mendengar Abu Mas'ud Al Anshari berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang paling berhak untuk menjadi imam pada suatu kaum adalah yang paling bagus dalam membaca Al Qur`an. Jika mereka sama dalam membaca maka yang paling paham dengan sunnah. Jika mereka sama dalam sunnah maka yang paling dahulu hijrah. Jika mereka sama dalam hijrah maka yang paling tua umurnya. Janganlah seseorang menjadi imam dalam kekuasaan orang lain dan jangan duduk di tempat keistimewaannya di rumahnya kecuali dengan izinnya."