Persaudaraan Yang Lahir Bathin


Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud tentang betapa besarnya pahala yang diberikan oleh Allah SWT kepada hambanya yang bisa menjalin hubungan persaudaraan dalam Islam, persaudaraan yang sejati, lahir bathin tanpa ada rasa iri dan dengki di dalamnya....

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَا حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ { أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

"Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah ada segolongan manusia yang bukan Nabi dan bukan pula orang yang mati syahid, yang membuat para nabi dan para syuhada' iri hati karena tempat mereka (yang istimewa) di sisi Allah Yang Maha Tinggi. Para sahabat bertanya : " Ceritakanlah kepada kami, siapakah mereka itu ? Nabi menjawab : " Mereka adalah kaum / segolongan manusia yang saling mencintai karena agama Allah semata, bukan karena hubungan kekerabatan diantara mereka, dan bukan pula karena saling memberi harta diantara mereka. Maka demi Allah, sesungguhnya wajah-wajah mereka bercahaya, dan merekapun di atas cahaya. Mereka tidak merasakan kekhawatiran pada saat manusia lainnya merasa takut dan mereka pun tidak merasakan susah ketika manusia lainnya merasa susah (karena menghadapi siksa Allah). Kemudian Nabi membaca ayat ini : " Ingatlah, sesungguhnya kekasih-kekasih Allah tiada kekhawatiran atas mereka, dan tiada pula mereka merasa susah".

Dan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari lebih spesifik menjelaskan tentang kepedulian dan kebersamaan tersebut ,

حَدَّثَنِي يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ كَثِيرٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ غَزْوَانَ حَدَّثَنَا أَبُو حَازِمٍ الْأَشْجَعِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَتَى رَجُلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَصَابَنِي الْجَهْدُ فَأَرْسَلَ إِلَى نِسَائِهِ فَلَمْ يَجِدْ عِنْدَهُنَّ شَيْئًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا رَجُلٌ يُضَيِّفُهُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ يَرْحَمُهُ اللَّهُ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَذَهَبَ إِلَى أَهْلِهِ فَقَالَ لِامْرَأَتِهِ ضَيْفُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدَّخِرِيهِ شَيْئًا قَالَتْ وَاللَّهِ مَا عِنْدِي إِلَّا قُوتُ الصِّبْيَةِ قَالَ فَإِذَا أَرَادَ الصِّبْيَةُ الْعَشَاءَ فَنَوِّمِيهِمْ وَتَعَالَيْ فَأَطْفِئِي السِّرَاجَ وَنَطْوِي بُطُونَنَا اللَّيْلَةَ فَفَعَلَتْ ثُمَّ غَدَا الرَّجُلُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَقَدْ عَجِبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَوْ ضَحِكَ مِنْ فُلَانٍ وَفُلَانَةَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ{ وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ

Dari Abu Hurairah, dia berkata : "Datang seorang laki-laki pada Rasulullah SAW dan berkata : Wahai Rasulullah, saya tertimpa kesulitan hidup, kemudian Nabi mengirim utusan kepada istri-istrinya, namun tidak mendapatkan apapun di sisi mereka. Maka kemudian Rasul berkata : Adakah seseorang yang mau menerima tamu malam ini ? Semoga Allah memberi dia rahmat ! Maka berdirilah seorang laki-laki dari golongan Anshar , (dan berkata) saya, wahai Rasulullah. Maka pulanglah dia menemui istrinya, dan berkata : Ini tamunya Rasulullah SAW, adakah yang bisa kamu suguhkan ? Istrinya menjawab : Demi Allah, tidak ada sesuatu yang tersedia kecuali untuk makan anak-anak. Berkatalah (rajul) : Ketika anak-anak minta makan malam, tidurkanlah mereka, dan kemarilah, padamkan lampu, kita lipat perut kita malam ini (tidak makan). Maka istrinya pun menurutinya. Kemudian esok paginya laki-laki tersebut datang menemui Rasulullah SAW (dan menceritakannya kepada Rasul) maka beliau berkata : Allah yang Maha Mulia kagum dan tertawa akan fulan dan fulanah, maka Allah menurunkan ayat " .. dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajir mengalahkan (kepentingan) diri mereka sendiri, walaupun mereka sendiri membutuhkan".

Secara kongkrit, contoh kerukunan dan kekompakan di antara orang-orang iman ini bisa kita lihat pada kehidupan para sahabat nabi. Bagaimana mereka yang terdiri dari golongan Anshor dan Muhajirin itu bisa hidup rukun, kompak, saling mengasihi dan tolong menolong. Lalu sebuah pertanyaan yang patut kita lontarkan dalam diri kita, " Apakah kita telah bisa mewujudkannya ? ".

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama